Ini Sosok 'Penakluk' Gelombang Bono Tertua

Penakluk gelombang Bono tertua, Zaini, berphoto bersama wartawan riaubernas.com

PELALAWAN, RIAUBERNAS.COM - Siapa yang tak mengenal gelombang Bono? Gelombang tidore tidal yang hanya dua di dunia ini - salah satunya di Brazil - merupakan anugerah tersendiri bagi kabupaten Pelalawan, khususnya Kecamatan Teluk Meranti.

Gelombang Bono dengan segala fenomena dan kedahsyatannya, tak hanya mengundang decak kagum para wisatawan lokal saja, bahkan wisatawan mancanegara pun sudah mengenal 'seven ghost' Bono. Gelombang Bono yang terjadi di danau itulah yang membuat fenomena Bono menjadi sesuatu yang lain, karena biasanya gelombang untuk para pesurfing hanya terjadi di pantai.

Dampak adanya fenomena Gelombang Bono sendiri, tak hanya berimplikasi positif bagi masyarakat tempatan. Selain terjadinya perputaran ekonomi di daerah tersebut jika ada event-event seperti pemecahan rekor Guiness Book of Records, kini telah ada juga pesurfing Bono tertua yang lahir dari Teluk Meranti.

"Kalau surfing di Bono dengan papan selancar, memang saya baru 2 tahun melakukannya. Sebelum pakai papan surfing, saya hanya menggunakan kayu yang ringan kemudian dipahat seperti papan selancar," terang warga Dusun Tanjung Bintangor, Zaini (67), pada riaubernas.com, Jum'at (11/3/2016).

Zaini yang mengklaim sebagai pesurfing Bono tertua di Teluk Meranti, mengaku bahwa jauh sebelum Bono terkenal dan ada papan selancar untuk menari di gelombang Bono, dirinya sudah puluhan kali 'menaklukkan' Bono memakai sampan, yang kerap disebut Bekudo Bono.

"Anak-anak muda di Teluk Meranti banyak yang berminat jadi peselancar, tapi karena papan selancar yang mahal membuat mereka memahat sendiri kayu yang ringan untuk dibuatkan papan selancar. Memang pernah ada Pemkab memberikan bantuan papan surfing namun tidak merata, jadi yang tidak dapat ya buat sendiri lah memakai kayu yang ringan untuk dijadikan papan selancar," ungkapnya.

Katanya, dengan adanya anugerah gelombang Bono yang diberikan pada Teluk Meranti, ia ingin menghabiskan sisa hidupnya di daerah ini. Teluk Meranti khususnya Tanjung Bintangor memiliki potensi yang luar biasa jika benar-benar dikelola dengan baik.

"Gelombang Bono ini bagi saya bukan hanya sekedar fenomena alam saja, tapi juga sebuah keajaiban yang diberikan Allah pada Teluk Meranti. Karena jika tak ada gelombang Bono, dari sisi mana daerah ini bisa dikenal sampai ke mancanegara," kata Zaini yang mengaku akan terus mengasah hobinya berselancar di permukaan gelombang Bono.

Dia juga menyebutkan, selama ini masih banyak masyarakat yang tak tahu jika ingin melihat pemandangan atau view yang bagus ada di Dusun Tanjung Bintangor, Desa Teluk Binjai, Kecamatan Teluk Meranti.

"Dari dusun kami ini, Tanjung Bintangor, merupakan posisi yang bagus untuk melihat view fenomena Bono. Selama ini, masyarakat jika ingin melihat Bono selalu dari Teluk Meranti, padahal jika ingin mendapatkan view yang bagus, ya di Dusun Tanjung Bintangor lah tempatnya," katanya.

Sementara itu, Camat Teluk Meranti, Kiki Syamputra SSTP, saat dikonfirmasi soal event pemecahan rekor Bono yang dimasukkan dalam Guiness Book of Records ini. Dengan adanya event, maka secara otomatis Bono semakin terkenal saja di mancanegara.

"Apalagi saat ini, kita juga menyediakan fasilitas Watersport untuk wisata keluarga. Jadi jika ada masyarakat yang datang ke Teluk Meranti tidak bertepatan dengan kedatangan gelombang Bono, kini ada wahana olahraga air yang berada di Pantai Ogis, Teluk Meranti, yang dibuka setiap hari Minggu," katanya berpromosi. (ton)



Editor    : Ai  
 


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar