Komunitas LGBT Menghantui Indonesia

Allah Menciptakan Adam & Hawa, Bukan Adam & Hendra!

Ilustrasi

Setiap matahari akan menyusup ke bumi bagian barat, setiap saat itu pula Ahmad Jalu menuju ke kandang ayam yang letaknya agak jauh di belakang mushola. Remaja tanggung itu punya tugas rutin setiap sore, yaitu memasukkan ayam-ayam peliharaan Abah Leman ke kandangnya, sambil kemudian memberi makan jatah terakhir hari itu.

Ia memasukkan adukan dedak gilingan padi ke setiap wadah kecil yang terbuat dari tempurung kelapa yang tergantung di kandang ayam. Setelah memastikan semua pintu kandang ayam terkunci, Ahmad Jalu bergegas ke mushola.

Namun rupanya, tak jauh dari kandang, Abah Leman masih berdiri di pinggir kolam ikan. Ia masih menebarkan makanan ke ikan yang berada di kolam.

"Sudah beres masukin ayamnya, Nak?" tanya Abah Leman.

"Baru saja selesai, Bah, tadi agak lama. Soalnya ada ayam jantan yang beradu di depan kandang. Agak repot nangkapnya," kata Ahmad Jalu.

"Oh, begitu..," Abah Leman tetap menebarkan pakan ke kolam. "Menurut kamu, kenapa ayam jago beradu?” lanjutnya bertanya.

"Ya ingin menunjukkan yang paling kuat, yang paling jantan."

"Menunjukkan kepada siapa?"

"Mungkin, kepada ayam betina, Bah."

"Ayam jago beradu ingin menunjukkan kepada sesama ayam, terutama kepada ayam betina agar mau dikawini. Jangan pikir jorok, ya. Jawaban yang sederhana namun benar. Benar, karena begitulah fitrahnya. Begitulah hukum alam dan mahluk hidup yang Allah ciptakan. Allah sudah membuatnya sangat baik dan rinci agar semua mahluk bisa hidup bahagia," ujarnya.

Ahmad Jalu menggaruk-garuk kepala, "Jalu belum paham, Bah."

"Begini, Nak. Secara menyeluruh, Allah sudah membuat hukum dan aturan kehidupan. Kita, sebagai mahluk -Nya hanya menjalani. Dalam istilah yang populer, kita hanya butuh taat. Lihatlah alam raya ini. Bintang, bulan, dan matahari tetap taat menjalankan tugasnya dari dulu sampai hari akhir nanti. Mereka tak bosan-bosan berkeliling. Keterangan ini ada di Surat Yasin, surat yang sering kita baca."

Ahmad Jalu masih terdiam menyimak Abah Leman berbicara. Sesekali pandangannya melihat ikan-ikan yang bergerak di permukaan kolam yang menimbulkan percikan air. "Dan satu di antara sekian banyak hukum kehidupan, Allah menciptakan mahluk berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada bahagia ada sedih, ada laki-laki ada wanita. Pada binatang juga demikian, ada jantan ada betina. Allah menciptakan mahluk berpasangan agar kehidupan dapat berputar dan berlangsung sebagaimana mestinya. Nah, biasanya, karena kesombongan manusia, karena merasa punya akal pikiran, manusia suka mencoba-coba membuat  hukum sendiri."

"Hadah...tambah tidak paham, Bah," Jalu cengengesan.

Abah Leman tersenyum kecil. "Iya. Dari dulu, manusia yang tak kuasa menahan nafsu, selalu mencoba keluar dari hukum dan aturan yang Allah tetapkan. Cenderung menentang. Satu contohnya adalah adanya manusia yang menyukai sesama jenis. Lelaki sama lelaki, wanita sama wanita. Buktinya ada, dalam Al Quran, dimana Allah mengabadikan tentang kisah kaum Nabi Luth. Allah menurunkan adzab karena itu tadi, kaum Nabi Luth menyukai sesama jenis. Padahal, aturan Allah sudah jelas, tapi mereka melanggarnya. Mereka Allah masukkan ke perut bumi, Allah siram dengan larva pijar yang menyala-nyala. Naudzubillah..."

Ahmad Jalu mengangguk-angguk, nampaknya remaja tanggung itu mulai bisa memahami arah pembicaraan Abah Leman, "Jalu mulai paham, Bah, sekarang di media orang-orang ramai menggembar-gemborkan LGBT. Berarti mereka melanggar hukum Allah, ya?"

"Jelas! Mereka pikir LGBT adalah gaya hidup yang baru, gaya hidup modern, padahal sudah kuno. Terpenting lagi, LGBT adalah melanggar hukum dan ketentuaan Allah. Keluar dari fitrah. Coba kamu kaji ayat Al Quran, yang artinya, "Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, sungguh kalian ini adalah kaum yang melampaui batas." [Al-A’raf [7] : 81)," papar Abah Leman.

"Aneh juga memahami orang yang menyukai sesama jenis. Apalagi sampai ganti kelamin. Nggak masuk akal, ayam jago saja, kawinnya sama ayam betina, bukan sesama ayam jago. Berarti bisa disebut, mereka yang menyukai LGBT itu akal pikirannya lebih rendah dari binatang ayam dong?" Ahmad Jalu memberanikan diri berpendapat.

Abah leman terdiam. Makanan ikan di tangannya sudah habis. Ia menengadah ke arah langit bagian barat. Tampak di sana pulasannya sudah mulai menguning. "Begitulah orang-orang yang melampaui batas, akan mendapatkan kehinaan. Baik di dunia atau di akhirat."

"Tapi sepertinya, isu LGBT disengaja diangkat kembali ya, Bah?" Ahmad Jalu masih penasaran.

"Menurut informasi yang Abah tahu begitu. Ada sekelompok orang, yang tentu saja tidak suka dengan orang taat beragama. Mereka sengaja menggoyang keimanan. Mereka menggiring opini, seolah-olah suka sesama jenis atau ganti kelamin adalah hak asasi manusia.  Hebatnya lagi, ada pihak atau lembaga yang diakui dunia malah mau membiayainya. Ini miris bukan? Konon, UNDP saja menyediakan dana sebesar Rp. 108 miliar untuk mensponsori kegiatan LGBT di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Philipina, Thailand, termasuk Indonesia," jelasnya.

"Jumlah uang yang banyak, Bah."

Abah Leman mengangguk. "Uang tersebut akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang getol berteriak agar LGBT diterima di masyarakat dengan berbagai argumentasi yang seolah-olah masuk akal sehat. Uang tersebut juga dibagi-bagikan kepada organisasi untuk membuat seminar, kegiatan lomba, membuat iklan atau film mungkin, serta banyak lagi. Kegiatan intinya berkampanye agar komunitas LGBT bisa diterima di Indonesia," tukas Abah Leman.

"Menurut Abah tujuan akhirnya apa?"

Abah Leman melangkahkan kakinya meninggalkan kolam ikan. Ahmad Jalu juga mengiringi sambil tetap menunggu jawaban. "Tujuannya jelas, mereka ingin pengakuan. Dan satu indikasi pengakuan menurut mereka adalah, orang-orang LGBT ini bisa duduk di pemerintahan sebuah negara. Mereka akan menegaskan kalau LGBT bisa bekerja dengan baik, punya sumbangsih kepada negara. Sementara orientasi seksual, menurut mereka adalah hak pribadi masing-masing. Kalau sudah duduk di pemerintahan, bukan tidak mungkin mereka membuat undang-undang. Seperti yang terjadi di Belanda dan bebarapa negara Eropa lainnya. Kamu mau negara kita begitu?" Abah leman balik bertanya.

Ahmad Jalu menggeleng-gelengkan kepala seraya menggidikkan bahunya, "Jangan sampai, Bah. Lucu dan aneh kali kalau di masyarakat kita ada hajatan pernikahan. Pas kondangan, eh pengantinnya, cowok sama cowok!" katanya tertawa.

Mereka berdua kini sudah dekat ke mushola.

"Tapi, Bah. Kalau dewasa nanti, Jalu mau buat LGBT tandingan, ah!"
 
Karuan saja, mata Abah Leman langsung melotot terkejut. Tapi secepat kilah, remaja itu langsung menangkisnya, "Jangan marah dulu, Bah. LGBT yang Jalu maksud adalah Laki Ganteng, Bini Tiga...hahahahaha," celotehnya konyol.

Abah Leman tertawa. Lalu katanya, "Kita berdoa saja, semoga Allah melindungi bangsa kita dari hal-hal yang bisa mendatangkan azab. Naudzubillah..." ucap Abah Leman sambil mengangkat pandangannya ke atas penuh harap. (***) Penulis pernah bekerja sebagai jurnalis di beberapa media massa di Jakarta. Saat ini bekerja sebagai pendidik di SPM Menteng, Jakarta.

                                                                                                                        Jakarta, 14 Feb 2016



Editor    : Ai


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar