Moeldoko Kunker Peremajaan Sawit Rakyat di Rokan Hilir

ROKAN HILIR, RIAUBERNAS.COM - Kunjungan KSP purn TNI Moeldoko Ke Rokan hilir, lanjutan Replenting peramajaan sawit rakyat (PSR) Rokan hilir, Sabtu (23/2/2019), di Kepenghuluan Bagan Bakti Kecamatan Bagan Sinembah Balai Jaya.

KSP Purn TNI moeldoko mengatakan, kedatangannya menyampaikan salam hangat dari pak jokowi, kepada masyarakat Rokan Hilir. "Saya menyampaikan apa telah dilakukan presiden Jokowi dan Jusuf Kalla biar semuanya tahu", ungkapnya.

KSP Moeldoko menjelaskan, Sebagai Kepala Staf Kepresiden, tugas mengelola isu-isu yang strategis dan melihat perkembangan lahan gambut terbakar, saat ini sangat baik bahkan ini telah diakui dunia.

Ia menyampaikan, dalam tiga tahun terakhir, tidak ada bencana asap, sehingga tidak ada lagi negara tetangga yang komplain, bahkan anak-anak dan orang tua tidak sulit bernapas memakai masker.

Tak sulitnya belanja, dan begitu anak tidak sulit pergi kesekolah, dan itu telah diakui oleh dunia, mari jaga stuasi karena lahan gambut ada dimana-mana

"Gambut bisa diselesaikan oleh pemerintah ,tapi sudah adanya (MPA) masyarakat peduli api ini perjalanan yang sangat baik", ujarnya.

Sementara, Bupati Rokan Hilir, H. Suyatno mengatakan, kedatangan KSP purn TNI moeldoko adalah program lanjutan bantuan, Replanting peremajaan sawit Rakyat atau (PSR), Pembagian sertifikat tanah PTSL, dan sekaligus menyerahkan bantuan Program Keluarga Harapan.

Sambutan, Gubernur Riau, H. Syamsuar, Msi menjelaskan, bahwa luas perkebunan sawit Riau lebih kurang 2 juta setengah hektar, terdiri dari perkebunan rakyat dan swasta, serta BUMN perusahaan besar di Riau.

Potensi yang ada lebih kurang 52 persen adalah sawit rakyat, potensi sawit harus diremajakan sampai 2018, lebih kurang 138.658, kalau ini dinilai dengan bantuan 25 juta perhektar dibantu DPD PKS dengan 25 juta perhektar tersebut bisa mencapai 3.67 triliun.

Beberapa hari lalu, lanjutnya, pernah menghadiri undangan Dirjen dan mengundang semua kelompok tani masyarakat Riau termasuk pengurus koperasi dan asosiasi perkebunan sawit. Ini yang diharapkan petani dengan usia sawit 25 tahun seharusnya diremajakan.

"Kami tahu ada persoalan-persoalan di masyarakat, terutama masih adanya sertifikat disekolahkan (agunan dibank), hal itu ada solusinya. Karena kami pernah melakukan itu di Siak, hal itu tak perlu kuatir ada solusinya", kata Syamsuar.

Persoalan lain, kata Syamsuar, masih adanya keraguan dari masyarakat bahwa sawit masih ada hasilnya, Kita melihat masyarakat mengunakan galah yang panjang mendodos sawitnya rasa tak mungkin bahkan buahnya ada yang trek.

"Ini menjadi problema, belum maksimal terkait peremajaan sawit, karena masih ada masyarakat masih sayang dengan hasil sawitnya", tandas Syamsuar. (Syofyan)

 


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar