Ini Ramalan Putri Wongkamfu di Tahun 2016

MEDAN - Pergantian tahun sering diidentikan dengan harapan akan perubahan. Asa baru, peruntungan baru diharapkan menghampiri setiap individu seiring dengan pergantian bilangan tahun, seperti juga halnya tahun 2016 yang sudah di depan mata. Berbagai prediksi pun dirilis oleh berbagai ahli, entah itu dengan sebutan peramal, paranormal, ahli nujum maupun pakar fengsui masing-masing memiliki pandangannya terhadap tahun yang akan dijalani tersebut. Boleh dipercaya, tapi tak juga menjadi masalah jika tidak mempercayainya, namanya juga ramalan ataupun prediksi.

Pakar Fengsui, Putri Wong Kam Fu menuturkan, masyarakat boleh saja berharap tahun 2016 akan lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang akan segera berlalu. Namun, dari “kaca mata” perempuan yang biasa disapa eyang putri tersebut, dari sisi perekonomian khususnya di Indonesia, masih cukup berat, bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan 2015. Rakyat kecil tentunya akan menjadi pihak yang paling merasakan dampak tersebut.

“Kalau perekonomian masih berat, 2016 malah lebih parah khususnya bagi rakyat kecil. Hal ini timbul karena masalah yang sama yang terjadi di tahun sebelumnya, juga faktor cuaca yang tidak mendukung,” ujarnya belum lama ini.

Dia menekankan, faktor cuaca yang membuat perekonomian akan berjalan lambat juga erat kaitannya dengan berbagai bencana alam yang terjadi seperti erupsi gunung berapi. Menurutnya, pergolakan yang terjadi pada gunung aktif tersebut, kendati tidak besar, memberikan pengaruh kepada kondisi ekonomi.

“Gunung masih tidak tidur. Walaupun tidak aktif besar, tetapi bergolak. Sinabung, Semeru, Bromo dan beberapa lainnya, memang tidak “ngamuk” tapi bergolak dan berpengaruh kepada perekonomian,” ucap perempuan keturunan Tionghoa itu.

Dengan kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik kata dia, pengusaha banyak yang mengeluh dengan bisnisnya yang tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Namun lagi-lagi,  rakyat kecil jadi terkena dampaknya. Bahkan menurutnya, rencana pemerintah menurunkan harga BBM juga tidak memberikan perubahan yang berarti pada kehidupan masyarakat.

Pergantian tahun 2015 yang merupakan tahun bershio kambing ke 2016 dengan shio monyet atau kera yang identik dengan banyak akal nyatanya tidak terjadi perubahan.

“Namanya kera, semuanya  terkesan hanya banyak akal dan pandai bersilat lidah,” ujarnya kendati tidak menyebutkan siapa yang dia maksud dengan ucapannya itu.

Shio Monyet yang pada penanggalan China atau Tionghoa sebagai raja alam semesta juga yang menurutnya secara otomatis akan memiliki beban yang berat sekali. Perempuan yang memiliki nama lain Leoni Fatimah itu menyebutkan, penguasa  di tahun ini akan memiliki beban yang sangar berat untuk dipikul.

Di tahun ini, “Jiong” atau macan menjadi shio yang paling berpeluang untuk bisa lebih baik. Namun kata dia, kendati bershio macan, setiap orang memiliki peruntungan yang tidak sama.

“Sama-sama shio macan, satu jadi bos satu lagi jadi office boy bagaimana. Jadi semua itu tergantung pribadi masing-masing,” ungkapnya lagi.

Namun yang terpenting kata Putri Wong Kam Fu,  menghadapi tahun dengan masa-masa berat seperti 2016, masyarakat harus memperbanyak mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dan menjauhkan diri dari sifat emosi lantaran potensi kerusuhan bisa saja terjadi.

“Indonesia ini identik dengan tahun jawa. Di dunia ada tiga primbon yang diakui China-Shio, Belanda zodiak, Sedangkan primbon-jawa patokannya pada penggantian tahun jawa namanya tahun Suro atau Muharram di Islam.”

“Suro itu, selalu antara akhir September atau awal  hingga pertengahan oktober. Seperti G.30 S/PKI tahun 1965 itu mendekat pergantian tahun jawa. Jadi nanti mulai Oktober  saat pernggantian tahun jawa dan selanjutnya di bulan-bulan setelahnya selama tahun itu, saya tidak berani mendahului tuhan, memang akan terjadi hal-hal yang kita tidak sangka. Kapan itu keluarnya, tidak tahu,” ucapnya.

Lantas apa pemicunya? Menjawab itu, Putri Wong Kam Fu mengatakan tidak ada yang bisa disalahkan. Hal tersebut  terjadi lantaran memang sudah menjadi perjalanan atau lakon.

“Jongko Joyo Boyo, orang jawa bilang begitu,” pungkasnya. (***)

Editor     : Ai
Sumber : sumut.pojoksatu.id


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar