Bahaya Facebook: Prostitusi Online
Sampai saat ini, media sosial Facebook banyak yang bilang sangat membantu dalam menghubungkan kembali dengan teman yang telah lama tidak bersua. Tak hanya itu, Facebook juga menjadi wadah berbagi foto untuk mengenang kejadian sekitar kita. Namun media sosial facebook yang menjadi fenomena dunia ini juga tidak lepas dari kontroversi.
Salah satunya Facebook sering digunakan sebagai ajang bisnis esek-esek. Akses ke banyak teman di berbagai penjuru dunia telah membuatnya sebagai media promosi paling mudah dan murah. Bahkan semua orang bisa menjual dirinya melalui Facebook. Seperti contoh yang menimpa Chic Goel, salah satu user Kompasiana.
“Selamat malam bu .. udaranya dingin ya .. suami masih di luar kota?” Tiba-tiba muncul begitu saja kalimat itu di chat box facebook (FB) malam itu. Sebenarnya belum larut benar sih, sekitar pukul 20.00 WIB. Tidak mengagetkan juga, sebab begitulah yang terjadi bila saya sekali waktu iseng menghidupkan chat (karena lebih banyak saya ‘off’kan). Biasanya, saya tidak menjawab atau membiarkan saja kalimat-kalimat pembuka nakal seperti itu muncul. Tapi malam itu, saya memang sedikit tergelitik dan penasaran untuk menanggapinya.Pertama, saya buka profilnya. Foto profilnya adalah malaikat kecil dengan sayap di punggungnya. Saya memang tidak hafal satu persatu teman yang jumlahnya hampir limabelas ribu orang dari tiga akun FB yang sementara waktu ini saya tutup semua. Meski saya seringkali hanya mengkonfirm permintaan pertemanan dari profil dan nama-nama yang ’sepertinya’ jelas, namun dalam perjalanan waktu, ada saja nama-nama aneh yang muncul (Mungkin usernama dirubah setelah diterima pertemanan). Begitu juga siempunya profil yang saya buka, namanya begitu aneh “Bulan Purnama” ..Perasaan saya tidak pernah mengkonfirm nama seperti tu, tapi ya sudahlah.
Saya mencoba menanggapi dan penasaran, apa sebenarnya yang ada di kepala si bulan purnama. Lalu saya jawab sekenanya sapaan ’nakal’ itu. “malam dik, di sini panas, memangnya kalau suamiku masih di luar kota kenapa?” balasku. Padahal, saat itu, suamiku sedang mantengin laptopnya, ngerjakan program di sampingku. “Kesepian dongg … ” begitu candanya yang menurutku, tidak terlalu lucu. Mulailah dia memuji-muji, memberikan penilaian abstrak setinggi langit, mengatakan hal-hal yang bagiku terasa aneh dan tidak wajar.
Dia mengaku seorang mahasiswa usia 23 tahun dari Semarang, hingga akhirnya memintaku untuk melihat album fotonya yang bertitel “It’s real me”. Saya buka album foto profil itu .. dan meski kualitas fotonya payah, remang-remang ..namun wow .. isinya berbagai pose menantang seorang pemuda dengan pakaian minim. Sewaktu foto itu saya perlihatkan ke suami, suami hanya menjawab pendek, “arek gendeng!!”.
Si Bulan Purnama memang ‘gendheng’, dengan kata-kata manis dia mengatakan, setiap saat bisa ‘terbang’ ke kota manapun bila dibutuhkan. Bahkan, kalau saya membutuhkan dia malam itu, dia akan berusaha berangkat malam itu juga entah bagaimana caranya. Wew ..mengerikan, sekaligus menggelikan. Dan kututup semua ‘obsesinya’ malam itu dengan kalimat pendek “arek gendheng” sekaligus men-delete-nya dari list pertemanan. Meski saya yakin, itu bukan solusi karena bisa saja dia telah memiliki ‘wajah lain’ di list friend. Namun setidaknya, dia tahu bahwa saya bukan termasuk salah seorang ‘tante-tante’ yang dia harapkan mampu memenuhi hasratnya.
Begitulah. Sebuah kisah sangat sederhana yang mungkin bisa diambil hikmahnya, terutama oleh para ibu yang saat ini tengah memiliki anak-anak remaja, usia kuliah atau istilahnya ‘berondong’, yang berada di luar kota. Maraknya jejaring sosial telah memberi ruang seluas-luasnya kepada masyarakat pemakai teknologi dan dunia maya untuk menyalurkan berbagai hasratnya. Hasrat untuk sekedar “say hello” atau bilang “miss U” kepada rekan lama, sahabat atau fans. Hasrat untuk menjalin komunikasi bisnis yang lebih intens, hasrat untuk menyalurkan bakat nakal, usil, dan jahil. Juga satu lagi yang jelas terbentang di depan mata adalah hasrat untuk “menjajakan diri” dengan berbagai tawaran nilai, intelektualitas, power, keakuan, bakat, citra diri. Dan yang baru saja saya sampaikan lewat sebuah kisah ..menjajakan diri dalam artian sebenar-benarnya. Ah, ternyata dunia kini memang taklebih luas dari layar handphone …
Penulis : Cherlya
Editor : Ai
Sumber : sidomi.com
Tulis Komentar