Paska Kecelakaan, Bahari Johari Sempat Tidak Ditangani Secara intensif Selama 2 Hari
SIAK, RIAUBERNAS.COM - Kisah pilu dialami oleh keluarga Penghulu Tualang Timur Kecamatan Tualang Bahari Johari (53). Dua hari, sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia tidak ditangani secara intensif oleh pihak rumah sakit.
Cerita itu langsung disampaikan Istri Almarhum Syarifah Aini saat dijumpai Riau Bernas, Kamis (19/8/2021).
"Sesudah kecelakaan, Suami saya dilarikan ke rumah sakit Syafira, ternyata ia tidak ditangani secara intensif. Saya minta ruangan ICU, karena menggunakan BPJS, mereka beralasan ruangan ICU penuh, terpaksa suami saya ditangani seperti pasien biasa. Padahal waktu itu kondisi suami saya sangat kritis, karena sudah keluar darah dari telinganya," kata Syarifah Aini dengan nada tersedu-sedu, seolah olah ia tidak yakin kehilangan suaminya itu.
Sesudah menunggu lama, hampir 8 jam menunggu, ruangan ICU yang diinginkan tidak juga ada, padahal waktu itu pihak rumah sakit sudah menjanjikan ada ruangan ICU tersebut. "Kita ingin ruangan ICU, karena bisa ditangani secara intensif, dokter dan peralatan lengkap diruangan itu," jelas dia.
Tidak mendapatkan penanganan intensif dari Pihak Rumah sakit Syafira, Ibu 5 orang anak itu beserta pihak keluarga, berinsiatif membawa Bahari Johari kerumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad Provinsi Riau. Namun sampai disana ternyata keinginan pihak keluarga tidak terwujud.
Selain tidak menggunakan ambulans ke RS Arifin Ahmad, pihak keluarga menerima pil pahit, karena sang suami meninggal tanpa ada operasi dan pertolongan apapun. "Kita bukan melawan kuasa Allah, setidaknya dirawat secara intensif, cuma ini tidak, apakah kami waktu itu tidak menyebutkan dia kepala desa atau Gie mana," kesal Syarifah Aini kepada pihak rumah sakit.
Bahari Johari meninggalkan Satu orang istri bernama Syarifah Aini (52) dan 5 orang anak bernama Neva Suryani, Nira Sabrina, Nurya Mulyana, Nanda Sifahri, Nuansa Safaringga. "Sosok bapak ini sama anak anak baik, sama Istri baik, kalau ngomong tidak pernah kasar lagi," jelas dia.
Ditanya, apakah ada firasat sebelum meninggal, Ia menjawab, ada Bang. "Tiga hari sebelum meninggal ia sering main ketempat anaknya,serta membagi-bagi tanah kepada anaknya. Tanah ibu tak banyak do, cuma bisa untuk tapak rumah anaknya," cerita.
"Permintaan ibu satunya, bapakkan tak ada lagi, 2 putra saya masih nganggur, Saya inginkan anak saya bekerja setidaknya kerja kantor desalah, aku takutnya dia stres karena tidak bekerja. Kata anak saya, kemana mau ngadu lagi karena ayah sudah tidak ada lagi," cerita Syarifah.
Lanjut dia, cita cita dia cuma satu lagi yaitu membangun Sekolah Menengah Atas atau SMA. "Dia merasakan bagaimana setiap hari mengantarkan anaknya ke sekolah SMA 4 ke Kampung tetangga, padahal dia harus masuk kantor," tutupnya.
Hal senada juga di Sampaikan Tommy Wilham, Kerani Tualang Timur, Ia mengaku sosok Bahari Johari merupakan pemimpin yang baik, ramah dan tidak pernah marah selama menjadi Kepala Desa atau Penghulu Kampung. Bohari Johari ini, Lanjut dia, merupakan tokoh penting dalam perkembangan Kampung Tualang Timur.
Sebelum mekar dari Kampung Tualang, waktu itu Tualang Timur namanya Bakal. Bahari Johari sudah menjadi Rukun Tetangga. Setelah mekar di tahun 2013, Pjs kepala Desa waktu itu M. Yafis dan Ia menjabat sebagai Kerani Tualang Timur.
Kemudian, ia ikut pemilihan, tapi tidak menang, selanjutnya tahun 2017 ia ikut dan terpilih menjadi Penghulu Kampung.
"Sosok beliau memiliki peran penting dalam kemajuan Kampung Tualang Timur. Kami masyarakat Tualang Timur kehilangan sosok bapak pembangunan, semoga beliau Husnul khatimah dan buat keluarga ditinggalkan diberi ketabahan," jelas dia.
Tomi Wilham sungguh menyayang kepada pihak Rumah sakit Syafira dan RS Arifin Ahmad, karena waktu itu ia ikut menemani Bahari Johari. "2 hari almarhum tidak dapat penanganan yang baik atau ruangan ICU, sehingga beliau menghembuskan napas terakhir, tanpa ada perjuangan dari pihak rumah sakit," kesal Tomy. (Van)
Tulis Komentar