Keluhkan Masalah Limbah, Lima Desa di Dua Kecamatan Ujuk Rasa ke PT SSS

INHU, RIAUBERNAS.COM - Puluhan warga perwakilan dari 5 Desa di Dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Lubuk Batu Jaya (LBJ) dan Kecamatan Sei Lala Inhu, melakukan unjuk rasa ke PKS PT. Sanling Sawit Sejahtera (SSS) yang beroprasi di Desa Rimpian, Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), dengan tuntutan agar perusahaan tidak membuang limbah ke Sungai Batang Lala.

Aksi ujuk rasa ini juga diutarakan dalam bentuk tulisan di Spanduk yang ditempel di depan PKS bertulisan "Perusahaan PT. SSS Tidak Membuang Limbah PKS ke Sungai Batang Lala". Tujuan masyarakat tifak lain adalah karens sudah jenuh atas perbuatan Perusahaan yang diduga terus mencemari Sungai Batang Lalo, jarak antara PKS PT. SSS dengan Sungai Batang Lalo lebih kurang 600 Meter dan ada juga anak sungai yang langsung bersebelahan dengan Perusahaan yaitu Anak Sungai Ati-ati.

"Unjuk rasa yang dilakukan masyarakat 5 Desa ini dilakukan guna menyampaikan satu tuntutan yaitu Perusahaan jangan membuang limbah lagi ke sungai Batang Lalo, karena Sungai Batang lalo mengaliri 5 Desa, Desa Rimpian, Desa Kauala Lala, Desa Sei Lala, Desa Kalawat dan Desa Kwala Lala," ungkap Khairul Ali, masyarakat Desa Rimpian, Selasa 3 Agustus 2021.

Masih kata Khairul, Semenjak keberadaan PKS PT. SSS, masyarakat tidak bisa lagi memanfaatkan Sungai Batang Lalo, apalagi sebagian besar mata pencarian masyarakat Mencari ikan.

"Hari ini jangan kan cari ikan, sungai batang lalo diduga sudah tercemar limbah. Sebelum ada PT, biasanya juga masyarakat memanfaatkan untuk mandi, mencuci dan bahkan ketika musim kemarau airnya untuk dikonsumsi," tutup Khairul Ali. 

Karena masih dalam situasi Pandemi Covid-19, akhirnya pihak Manejeman PT. SSS meminta perwakilan dari beberapa Desa Untuk melakulan penyampaian aspirasi secara musyawarah di area kantor Pabrik yang ditanggapi langsung pihak Manejer Legal dan Manejer Tehnik.

Tokoh masyarakat Desa Rimpian Achmad Alizid sedikit menceritakan sejarah dan silsila Desa, sebelum berdirinya pabrik PKS PT SSS, air sungai Batang Lalo masih bersih serta bisa dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk mandi maupun konsumsi. Namun hari ini, semenjak diduga sudah tercemar, semua tidak bisa dimanfaatkan, bahkan banyak ikan mati.

"Permintaan saya Limbah jangan di buang ke sungai, bahkan pertama berdirinya pabrik ini saya yang baca do'a," pinta Achmad Alizid.

Dalam penyampaian aspirasinya, Ali Akbar asal Desa Sei Lala sebagai salah satu nelayan juga meminta pihak Pabrik tidak membuang limbah pabrik ke sungai Batang Lalo, karena Sungai Batang Lalo di Desa Rimpian mengaliri Sungai Desa Sei Lala, Kecamatan Lala.

"Mata pencarian kami ini mayoritas nelayan pencari ikan, semenjak berdirinya pabrik PT. SSS, sungai kami diduga tercemar dan bahkan banyak ikan-ikan mati. Tidak mungkin kami mendemo Desa Rimpian, maka dari itu kami lakukan aksi ke Pabrik meminta pertanggung jawaban dari pihak PT. SSS agar tidak membuang limbah ke sungai," ungkap Ali Akbar didepan Pihak Perusahaan. 

Sementara Idris dari Desa Kelawat dan Perwakilan Desa Lain meminta pihak Perusahaan jangan memikirkan untung sendiri, karena pihak nelayan juga mau untung. Semenjak berdirinya pabrik mata pencarian kami hilang dan banyak ikan mati diduga akibat sungai tercemar.

"Kami pengen untung juga, kalau seperti ini anak istri kami mau makan apa? Mata pencarian sebagai nelayan hilang. Jadi kami minta buat surat pernyataan perjanjian dari pihak perusahaan," ungkap Idris dengan lantang.

Setelah mendengarkan semua aspirasi dari perwakilan di 5 Desa, tekait keluhan pencemaran diduga Limbah PT. SSS, Manajer Legal PT. SSS Ihsan Seregar menjelaskan didepan masyarakat, seperti dikatakan tadi setelah berdirinya pabrik baru timbul masalah, itu betul. Ibarat kata setelah ada Bansos di Pemerintahaan baru lah muncul masalah, nah itulah yang harus ditangkap. Nah Begitu mungkin ada juga konflik kepentingan, berdirinya pabrik di disini juga berinvestasi.

"Kita juga punya beban mental pak, disini kan ada pihak yang mengawasi terkait Limbah, bahkan sudah ada proses dalam penelitian baku mutu dari Gakkum. Sementara air sungai Lalo dari hulu warnanya hitam, sementara kita tidak melakukan itu, kami juga mempunyai orang untuk mengawasi hal ini jika terjadi mengarah ke PT. SSS. Kami masih mengontrol terkait limbah dan saya ucapkan terimakasih, nanti pak Bambang akan menjelaskan agar tidak salah presepsi," jawab Ihsan Seregar dihadapan masyarakat.

Kemudian penjelasan juga disampaikan Manejer Tehnik Bambang Sugiarto, semua butuh pengajian hingga membuat 14 kolam penampung limbah bertujuan untuk pengelolahan limbah, juga sesuai peraturan yang diterbitkan hingga kajian di izinkan oleh Dinas Lingkungan Hidup. Terkait hal ini dugaan pencemaran sudah dilakulan pengujian di laboratorium oleh dinas terkait oleh Dinas DLH, kami tidak punya alat uji tersebut. 

"Sementara untuk tehnik, untuk alat berjalan dengan baik, bahwa kolam limbah di banggun 14 kolam, secara tehnik dijelaskan kan tidak tau, karena apakah ikan yang mati akibat limbah atau tidak," jelas Menajer Tehnik Bambang Sugiarto.

Disela musyawarah Ali Akbar menepis, kalau emang di uji coba Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dihubungi di kaji ulang dalam pengambilan Sampelnya, kok mati juga.

"Jangan uji-uji, hasil tidak ada, ikan banyak juga yang mati. Sama siapa menuntut kalau seperti ini, kami ini kesini karena perut pak, tolong diuji ajak masyarakat," tepis keras Ali Akbar.

Setelah dilakulan musyawarah, perwakilan dari 5 Desa bersama pihak PT. SSS, akhirnya membuat suatu kesepakatan dengan ditandatangani oleh pihak Perusahaan dan perwakilan ujuk rasa. Adapun bunyi kesepakatan itu: Apabila di temukan adanya ikan yang mati di sungai Batang Lalo, maka masing-masing pihak siap bersama-sama menurunkan team terkait untuk melakukan pengambilan sample air pada lokasi ikan mati tersebut. (Pt) 


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar