Emas Hitam Seluti

Boran Pertama Perubah Jalan Sejarah

Pompa angguk di sumur LR 03 Lirik yang merupakan sumur minyak tertua di Riau, pengeboran pertama dilakukan pada tahun 1939 dan di produksi tahun 1950

INDRAGIRI HULU (Riaubernas) - Jalan tanah berbatu, debu debu kering tampak berterbangan menyambut para pelintas yang melewati jalan desa, sisi kanan jalan terbentang pipa pipa besi sepanjang mata memandang ke batas hutan lebat, pipa pipa pengalir minyak berdampingan dengan jalan setapak yang turut di tumbuhi ilalang dan rerumputan liar.

Di titik koordinat S 0, 28,716 - E 102,  295, 009, berjarak 3 KM dari jalan lintas timur Sumatera, masih berdiri kokoh rangkaian plat baja penyedot isi perut bumi, peninggalan kekuasaan Belanda di buminya negeri yang memiliki motto dayung serempak untung serentak, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) ini.

Alat pengangkat emas hitam bermerk Lufkin, yang di kenal sebagai pompa angguk ini masih bekerja mengumpulkan minyak bercampur air di antara tanah, pasir dan batu dari ratusan meter di dasar bumi. Di sedot keatas permukaan, dialirkan ke Stasiun Pengumpul (SP) terdekat sebelum ditransfer ke Stasiun Pengumpuk Utama (SPU) yang berada di Sungai Karas, tak jauh dari kantor Pertamina EP Asset 1 field Lirik untuk di olah, di pisahkan antara minyak mentah dengan air.

Usia Lufkin itu sudah 81 tahun, sejak pengeboran pertama berhasil di lakukan oleh perusahaan  Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij (NKPM) yang merupakan anak perusahaan swasta Standard Oil of New Jersey (SONJ) di tahun 1939, pengeboran perdana itu merupakan buah kerja keras para menir yang melakukan eksplorasi di tahun 1925.

Cerita sukses penemuan sumur minyak di Seko Lubuk Tigo, berlanjut dengan di temukannya potensi minyak di struktur Sago pada tahun 1941, dari Test awal di sumur yang di beri nama LS 10 itu, dapat menghasilkan minyak 850 Barel Oil Per Day (BOPD), dengan kadar air nol persen. Artinya minyak yang disemburkan merupakan kualitas terbaik.

Tak hanya itu, NKPM juga sukses menemukan ladang minyak baru di struktur Ukui, Andan dan Pulai pada tahun 1949. Struktur struktur ini melengkapi cadangan minyak yang akan di kelola oleh perusahaan patungan Amerika dan Belanda kala itu.

"Dari cerita ayah kami dahulu, yang merupakan orang asli Seko Lubuk Tigo ini, sekitar tahun 1939, dilakukan pengeboran pertama untuk menemukan minyak bumi, pengeboran satu dan dua gagal, tidak di temukan minyak, namun pada pengeboran ketiga yang hanya berjarak dua puluhan meter dari tempat atau sumur pengeboran satu dan dua, pengeboran di sumur ketiga ini berhasil, dan menjadi sumur pertama yang memancarkan minyak," pemuka Masyarakat Kecamatan Lirik HM Jumarnis mengisahkan, Kamis (6/8/2020)

Di dataran sedang yang berbatasan dengan kawasan Bukit Macan belantara Seko Lubuk Tigo. di areal seluas 100 meter persegi, Akhirnya NKPM berhasil memproduksi minyak bumi pertamanya pada tahun 1950 di sumur minyak yang diberi nama LR 03.

Setelah emas hitam di temukan, kegiatan persiapan produksi secara massif dilakukan, NKPM kemudian bermerger dengan perusahaan induk Standard Oil of New Jersey (SONJ) dan merubah namanya menjadi Standard Vacuum Petroleum Maatschappij (SVPM), berubah lagi menjadi Stanvac, di masa Stanvac ini lah rencana produksi dimatangkan.

Rentang waktu dari awal pengeboran sampai produksi minyak pertama yang dilakukan pada bulan Januari 1950 itu, menghabiskan masa 11 tahun, tersebab persiapan dilakukan Stanvac untuk membuka hutan, membangun jalur transportasi, serta membangun kamp kamp pekerja serta membangun pompa pengisap minyak yang di datangkan dari Eropa.

"Jadi pada masa itu persiapannya memakan waktu sebelas tahun, sampai pada produksi pertamanya di tahun 1950," imbuh Haji Jumaris.

Setelah pompa pompa angguk di lirik berjaya mengantarkan jutaan barel minyak bumi ke permukaan tanah, keberhasilan itu pula, memotivasi Stanvac untuk mengembangkan bisnisnya di bidang perminyakan tanah air, tahun1959, Stanvac berganti nama menjadi PT. Stanvac  Indonesia, yang pada tahun 1963 melakukan kontrak kerjasama dengan Pertamina sebagai perusahaan milik pemerintah yang bergerak di sektor perminyakan.

Dari perjalanan sejarah diatas, yang di tapaki sejak tahun 1925 ketika kegiatan eksplorasi atau pencarian sumber minyak di lakukan, sampai boran pertama yang telah merubah jalan sejarah sekelompok manusia di tahun 1939, orang orang yang dulunya adalah penghuni hutan belantara bertransformasi menjadi masyarakat industri perminyakan. Sejarah ini menjadi fakta bahwa sumur minyak LR 03 di Seko Lubuk Tigo Lirik merupakan sumur minyak tertua di Riau.

"Kalau kita melihat fakta sejarah, tahun 1939, disini (Lirik) sudah dilakukan pengeboran, sumur satu, sumur dua dan sumur tiga, walau hanya sumur tiga yang berhasil ditemukan minyak, artinya sumur itu mencatatkan sejarah keberhasilan pengeboran minyak di Riau, dan jika kita baca literatur lain, berita berita di media media tentang sejarah minyak di Minas (Caltex), disebutkan bahwa pengeboran pertamanya tahun 1941, dan baru memulai produksi tahun 1952, sedangkan bisa kita telusuri di prasasti yang ada di pompa angguk LR 03 di Desa Seluti, tertuliskan produksi pertama tahun 1950," beber H Jumaris

Yang disampaikan oleh mantan security PTSI ini persis sama dengan profil Cevron Indonesia yang tertulis pada di laman situs resmi perusahaan, di https://indonesia.chevron.com disebutkan bahwa lapangan duri menjadi saksi sejarah pengeboran pertama oleh Caltex di tahun 1941.

"Pada tahun 1941, kami melakukan pengeboran di Lapangan Duri. Teknologi steamflood pertama kali diterapkan pada tahun 1985, dan sekarang Duri menjadi proyek enhanced-recovery steamflood di dunia. Pada tahun 1944, salah satu sumur di dekat desa di Minas menjadi lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Produksi pun dimulai di tahun 1952." Isi profil resmi Caltex Indonesia di kutip dari laman situs resmi perusahaan.

H Jumaris mengiyakan bahwa apa yang terjadi di sumur minyak Minas melebihi potensi yang dimiliki oleh sumur sumur minyak yang ada di Lirik, karena Caltex penghasil minyak terbesar di Riau.

"Kalau di Minas itu, menjadi sumur terbesar menghasilkan minyak di Riau, fakta itu tak terbantahkan, tapi kalau untuk usia, sumur di Lirik, saya kira lebih tua dari Minas (Caltex),"

Apa yang disampaikan oleh H Jumaris tentang perjalanan sejarah industri perminyakan di Seko Lubuk Tigo turut diamini oleh Lirik Field Manager, Kurniawan Triyo Widodo, dirinya membenarkan bahwa di Lirik telah melakukan kegiatan eksplorasi di tahun 1925 oleh Standar Oil of New Jersey (Amerika) dan NKPM (Belanda). Tonggak sejarah nya terjadi tahun 1939, ketika NKPM Berhasil mengebor dan menemukan minyak di sumur LR 03.

"Sejarah perminyakan di Lirik berawal dari tahun 1925 dan masih kita kelola sampai sekarang melalui beberapa kali peralihan kontraktor. Sumur pertama yang berhasil diproduksikan yaitu LR-03 dan sumur tersebut pun menjadi bukti serta saksi sejarah kandungan minyak di bumi Lirik", jelas Kurniawan

Lirik, bukan hanya menyajikan kisah sukses NKPM, Stanvac dan PTSI sampai ke kendali Pertamina dalam bisnis perminyakan bernilai dollar. Namun adanya bahan bakar Fossil di perut bumi Sako Lubuk Tigo, turut pula diwarnai dengan cerita cerita orang kaya baru dari hutan belantara bukit macan. Meningkatnya kelas sosial orang orang di sekitaran industri minyak Stanvac, dikarenakan para eksukutif  Stanvac yang notabene adalah ekspatriat selalu membuka seluas luasnya kesempatan kerja bagi penduduk tempatan.

Daya tarik emas hitam pun menyebar ke seluruh penjuru wilayah bekas kerajaan Indragiri, para perantau berdatangan memenuhi lapangan kerja yang di sediakan ladang minyak yang ditemukan sang menir enam tahun sebelum Bung Soekarno dan Bung Hattaa kompak memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia ini.

"Menejer menejer bule di Stanvac menawarkan kepada penduduk lokal pekerjaan, asal mau kerja, di terima, gajinya pun besar di masa itu, maka nya orang banyak yang datang ke Lirik ini," Jumaris mengisahkan

Keberadaan perusahaan minyak di Lirik, menjadikan nya terkenal sebagai kotanya warga kelas atas, seluruh fasilitas mewah di sediakan perusahaan secara gratis untuk memanjakan para karyawan dan keluarganya.

Di awal kejayaannya, ada fasilitas umum terbaik di masanya yang dibangun perusahaan untuk menyenangkan karyawan dan masyarakat tempatan, seperti Listrik, Air dan Telpon, ada bioskop, kolam renang, lapangan tennis, lapangan golf, di bangun panggung pertunjukan, rumah sakit, bumi perkemahan, pemadam kebakaran, helipad disediakan dan dibangun untuk mensupport aktifitas  perusahaan.

Selain itu, juga di bangun pusat hiburan dan olahraga di Lirik. Ada juga fasilitas bandara Japura, yang digunakan untuk kepentingan bisnis perusahaan.

"Masih ingat saya, waktu kejayaan minyak di sini, sekitar tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan, artis artis top di Jakarta, yang biasa di lihat di teve, pasti pernah menghibur masyarakat di Lirik ini, apa lagi kalau ulang tahun nya perusahaan, ramai lah di Lirik ini," kenang Jumaris

“Bea siswa juga diberikan perusahaan kepada anak anak disini untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi,” imbuhnya

Lirik dengan kekayaan alam berupa berlimpahnya minyak bumi, masa itu takkan bisa terulang kembali, cadangan minyak akan terus menipis hingga menyisakan situs situs peninggalan sejarah sebagai tempat bernostalgia dengan kenangan indah masa silam.

Saat ini, yang bisa di lakukan oleh Pertamina sebagai perusahaan minyak negara hanya melakukan optimalisasi pemanfaatan sumur sumur tua yang masih memiliki potensi untuk di produksi.

 “Sumur-sumur tua yang masih memiliki potensi minyak bumi berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis, maka dioptimalkan produksinya,” kata Lirik Field Manager, Kurniawan Triyo Widodo

Dari segi jumlah produksi, sumur tua memang tidak menghasilkan minyak bumi dalam jumlah besar. namun cukup lumayan untuk menambah produksi migas yang kini terus mengalami penurunan.

Pompa pompa angguk di Lirik pernah berjaya di masa nya, jutaan barel minyak telah disedotnya, besi tua itu juga telah merubah nasib banyak orang di Seko Lubuk Tigo (Seluti), berperan memoles belantara menjadi kota. Tanah tak berpenghuni menjadi kawasan industri. Anggukannya ikut menggoreskan tinta sejarah perminyakan tanah air, teknologi jadul berlumuran latung itu juga memiliki andil dalam membiayai pembangunan di republik ini.

Walau tak sedigdaya tempo dulu, Lufkin renta di Seluti tetap setia mengangguk pelan, mengumpulkan cercah cercah harapan untuk melayani negeri mengumpulkan energi, tetap konsisiten mengubah gerak putar menjadi gerak naik turun dalam semangat menjadi bagian dari perusahaan energi nasional kelas dunia.  

Tetap beroperasi nya pompa angguk hingga kini, merupakan eksistensi berspirit tinggi dari patriot energi nasional dalam menjaga penyediaan sumber energi yang mencukupi dan terjangkau, guna menyokong pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan di negeri gemah ripah loh jinawi ini.

Reporter : Apon Hadiwijaya

Editor : Apon Hadiwijaya


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar