Kebijakan Satu Anak di China Dicabut

Pasangan di China dipaksa untuk tidak memiliki anak lebih dari satu

Resmi sudah. Mulai 1 Januari 2016, pemerintah China akan mengijinkan setiap pasangan suami isteri memiliki dua anak.

Kantor berita pemerintah Xinhua melaporkan, anggota parlemen meloloskan undang-undang baru ini pada Minggu (27/12) dalam persidangan Komite Kongres Rakyat Nasional, yang mengatur perundangan di negara itu.

“Pemerinth memutuskan bahwa satu pasangan akan diijinkan memiliki dua anak,” demikian bunyi UU Populasi dan Keluarga Berencana yang direvisi.

Keputusan ini secara efektif mengganti sisa-sisa kebijakan satu anak China yang dikecam banyak pihak yang sebenarnya sudah dilonggarkan dalam beberapa tahun belakangan.

Ketika berita terkait rencana mengubah undang-undang ini merebak pada Oktober, Partai Komunis yang berkuasa mengeluarkan pernyataan: “Untuk mendorong pertumbuhan penduduk yang seimbang, China akan terus menerapkan kebijakan pengendalian populasi nasional dasar dan memperbaiki strategi perkembangan populasi.

“China akan menerapkan secara penuh kebijakan ‘satu pasangan, dua anak’ sebagai tanggapan proaktif terhadap masalah populasi yang menua.”

Seratus Juta Pasangan

Pakar sosiologi dari Universitas Peking Lu Jiehua mengatakan, kebijakan baru ini akan berdampak pada 100 juta pasangan.

China, saat ini memiliki 1,3 miliar penduduk, menerapkan kebijakan satu anak untuk setiap pasangan pada 1970-an dalam upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk.

Ketika propaganda ini tidak berhasil, pejabat pemerintah daerah pun mengambil jalan aborsi, denda besar dan sterilisasi paksa.

Keputusan mengakhiri pembatasan memiliki anak ini terjadi setelah pertemuan strategi para pejabat senior Partai Komunis selama empat hari awal tahun ini di Beijing.

Pelonggaran Kebijakan

China mula melonggarkan kebijakan kontroversial ini pada Januari 2014, dengan mengijinkan pasangan menikah memiliki anak kedua jika ayah atau ibunya merupakan anak tunggal.

Langkah ini dipuji sebagai pelonggaran besar atas larangan yang sudah berlaku selama tiga dekade. Namun data yang dirilis pada Januari 2015 memperlihatkan bahwa jumlah orang yang memanfaatkan kebijakan baru untuk memperbesar keluarga mereka lebih sedikit dari yang diperkirakan.

Media pemerintah saat itu melaporkan bahwa secara nasional, hampir satu juta pasangan yang berhak memanfaatkan peraturan baru mengajukan permintaan untuk memiliki anak kedua.

Sebelumnya, para pejabat kementerian kesehatan mengatakan kebijakan itu akan memicu hingga dua juta kelahiran, dan diperkirakan bahwa 11 juta pasangan berhak memiliki dua anak. Tetapi, sebagian besar warga Chian menolaknya.

Pemerintah China mengatakan negara itu bisa menjadi negara dengan jumlah orang tua paling banyak di bumi dalam 15 tahun, yaitu 400 juta orang berusia di atas 60 tahun.

Para peneliti mengatakan populasi tua ini akan membebani layanan perawatan dan sosial, dan perekonomian terbesar kedua di dunia ini akan kesulitan mempertahankan pertumbuhannya.

“China sudah mulai merasakan krisis dalam hal perubahan populasi,” kata Wang Feng, profesor Universitas Fudan dan pakar demografi terkenal di China, kepada CNN awal tahun ini.

“Sejarah akan menilik balik pada kebijakan satu anak sebagai kebijakan yang sangat salah yang pernah diambil China di era modern.”

Wang mengatakan kebijakan satu anak itu tidak efektif dan tidak perlu karena tingkat fertilitas di China memang sudah melamban pada 1980-an.


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar