Duo Madu Kelulut - Durian Lalang, Jadi Magnet Ekowisata Sungai Apit
SIAK, RIAUBERNAS.COM - Plt Bupati Siak H Alfedri bersama Deputi Direktur RAPP, Jusuf Wibisono dan Manajer Stakeholder Relation (SHR) RAPP Regional Siak-Meranti, Syamsuria M. Hasim, melakukan panen madu kelulut hasil budidaya warga Kampung Lalang Kecamatan Sungai Apit, Jum'at pagi (15/3/19).
"Rasanya manis dan segar", kata Alfedri, saat mencicipi madu yang disedotnya langsung dari sarang kelulut.
Kata Alfedri, saat percobaan sedotan kedua madu yang dipanen masih terasa manis, namun saat pindah kewadah kelulut lain barulah ia merasakan sensasi rasa agak kelat dan sedikit kecut, khas madu kelulut.
"Yang seperti ini bisa dikemas dalam paket wisata, misalnya bertepatan musim panen durian lalang yang sudah sangat terkenal soal rasa, pelancong bisa berwisata kesini sambil menikmati manisnya madu kelulut", kata dia.
Ia berharap, warga Siak di Kecamatan lain bisa meniru keberhasilan budidaya madu kelulut oleh warga Sungai Apit tersebut, sehingga mempercepat terwujudnya program Nasional One Village One Product.
"Khasiat madu kelulut ini sudah terbukti sangat baik untuk kesehatan, dan membantu menyembuhkan sejumlah penyakit", kata Alfedri.
Juanda, pemilik budidaya madu kelulut mengatakan, setiap kali panen usahanya bisa menghasilkan 80 liter madu kelulut, dengan harga perliternya mencapai 500 ribu rupiah. Saat ini produksi panen yang dihasilkannya sudah bisa melayani pesanan dari luar daerah, seperti Jakarta, Surabaya, dan Tanjung Pinang.
Menurut Juanda, lebah madu kelulut atau madu trigona ini berbeda dengan lebah madu sialang pada umumnya.
"Bentuk tubuh lebah kelulut lebih kecil dari lebah madu sialang, sehingga madu yang dihasilkan juga lebih sedikit, namun harga jualnya jauh lebih tinggi dari madu sialang", jelasnya.
Sementara itu, Manajer SHR RAPP Siak - Meranti, Syamsuria M. Hasim mengatakan, pihaknya telah memberangkatkan petani tersebut ke Selangor Malaysia, untuk belajar langsung seputar budidaya madu kelulut.
Pasca studi banding tersebut, kata dia, produksi madu kelulut akhirnya meningkat dan masa panen bisa lebih cepat.
"Dulu panennya hanya enam bulan sekali, namun sekarang sudah bisa panen dua bulan sekali", kata Syamsuria.
Kedepan, kata dia, melalui program Community Development (CD) perusahaan, pihaknya akan mengembangkan budidaya madu kelulut secara berkelompok di berbagai kecamatan lainnya.
"Saat ini baru ada dua kelompok pembudidaya, mudah-mudahan kedepan bisa menghasilkan lebih banyak kelompok. Setelah ini kami akan kembangkan di Sungai Mandau", kata dia. (Van)
Tulis Komentar