Pertamina EP Dukung Pelestarian Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Kelompok Mekar di Lubuk Kertang

SUMUT, RIAUBERNAS.COM - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas sekaligus kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas mempunyak tugas utama untuk mencari sumber minyak dan gas guna mendukung ketahanan energi nasional. Dalam kegiatan operasinya di  Tanah Air selalu mengedepankan pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan menjadi prioritas terdepan. Salah satu bentuk pelaksanaan tanggungjawab sosial itu adalah komitmen dan dukungan Pertamina EP  dalam menjaga dan melestarikan kawasan ekowisata hutan mangrove oleh Kelompok Mekar di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. 

Field Manager Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu, Gondo Irawan, mengatakan bahwa pengembangan ekowisata mangrove di Desa Lubuk Kertang merupakan salah satu bentuk sinergi antarinstitusi, yakni kerjasama Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu Field dengan Kesatuan Pengelola Hutan (KPH)  Wilayah I Stabat, Langkat. Apalagi Lubuk Kertang merupakan salah satu daerah operasional Pertamina EP Field Pangkalan Susu sehingga keberhasilan pengembangan ekowisata hutan mangrove perlu terus dikembangkan dan secara bertahap bisa menjadi pusat rekreasi dan edukasi mangrove.

"Kami ikut mendukung pengelolaan hutan mangrove ini oleh Kelompok Mekar. Semoga keberadaan hutan mangrove ini terus lestari. Selain menjadi pusat rekreasi dan edukasi, keberadaan hutan mangrove ini juga bisa memberikan  tambahan pendapatan bagi  Kelompok Mekar dan juga sumber PAD bagi Pemerintah Kabupaten Langkat," ujar Gondo di Pangkalan Susu,  Minggu (6/1).

Gondo  mengatakan bantuan yang diberikan Pertamina EP Pangkalan Susu  antara lain adalah studi banding bagi Kelompok Mekar, material untuk pembuatan tracking, material untuk posko informasi dan pembangunan galeri, serta sign board Lubuk Kertang. 

"Dari informasi yang saya terima, pada 2018 pendapatan Kelompok Mekar sudah mencapai Rp 300 juta lebih, naik signifikan dibandingkan 2017 yang baru Rp150 juta. Semoga pada 2019, pendapatan Kelompok Mekar dari pengelolaan hutan mangrove akan terus bertambah," ujarnya.

Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Stabat, Bustami, mengatakan Kelompok Mekar yang merupakan pengelola kawasan mangrove, sudah berikrar dan telah menandatangani perjanjian kerjasama kemitraan kehutanan dengan KPH Wilayah I Stabat. Kelompok Mekar diberi kepercayaan oleh KPH I Stabat melihat rekam jejaknya yang baik dalam pengelolaan hutan mangrove seluas 60 hektae tersebut. “Kelompok ini melibatkan masyarakat sekitar hutan sehingga KPH mendukung keberadaan kelompok tersebut,” ujarnya.

Hadiyan Jamili Batubara, Ketua Kelompok Mekar, menjelaskan keberadaan  ekowisata mangrove yang mereka kelola merupakan komitmen semua anggota kelompok. Kelompok Mekar sudah sepakat bahwa menjaga hutan akan memberikan banyak manfaat di antaranya pelestarian lingkungan, mengembalikan ekosistem kawasan pesisir serta memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. 

“Salah satu yang banyak membantu kami adalah PT Pertamina EP Pangkalan Susu Field. Salah satu bantuan infrastruktur yang kami terima adalah Graha Pertamina yang diresmikan langsung oleh Presiden Direktur Pertamina EP Bapak Nanang Abdul Manaf pada tanggal 30 Desember lalu. Graha ini akan kami jadikan tempat untuk pusat informasi bagi para pengunjung hutan mangrove Lubuk Kertang,” ujarnya.

Kawasan hutan mangrove di wilayah Desa Lubuk Kertang yang dulunya rusak parah kini berubah menjadi kawasan wisata mangrove. Ekosistem hutan mangrove pada lahan seluas 60 Ha yang terletak di pesisir timur Pulau Sumatera ini, menjadi daya tarik utama wisatawan. 

Sejak 2016, Kelompok Mekar telah berupaya mengembangkan lahan ini dengan membangun menara pengawas, pos jaga, jungle track sepanjang 1,2 km secara bertahap, dan gapura Ekowisata Mangrove Lubuk Kertang.
 
Menurut Hadiyan, konsep awal pengembangan hutan mangrove lebih memfokuskan untuk menghijaukan kembali kawasan hutan bakau yang telah punah dirambah secara liar oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab.

"Setelah dilakukan pengkajian ulang secara lebih detail, ditinjau dari segi untung ruginya, akhirnya kawasan hutan mangrove yang luasnya ratusan hektar tersebut dikembangkalah menjadi objek wisata mangrove dengan mengikutsertakan berbagai pihak seperti Pemkab Langkat, kelompok tani dan Pertamina EP," katanya.

Selain keindahan alam yang indah dan masih alami, wisata mangrove Lubuk Kertang juga memanjakan para pengunjung dengan berbagai aneka kuliner khas masyarakat Lubuk Kertang.Untuk memasuki kawasan hutan mangrove ini setiap pengunjung dikenakan tiket per orang berkisar Rp 2.000 perorang.

“Untuk menuju ke kawasan wisata mangrove di Desa Lubuk Kertang bisa menggunakan transportasi apa saja, mulai sepeda motor, mobil pribadi, bus wisata, taksi dan lain-lain. Ongkosnya tidak terlalu mahal, dari Pangkalan Brandan bisa ditempuh selama satu jam,” ujarnya.

Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP,  mengapresiasi kegiatan CSR Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu  di Lubuh Kertang.  Apalagi Pertamina EP juga mendukung kegiatan pelestarian lingkungan dengan menjaga hutan mangrove sebagai paru-paru dunia. 

“Kita harus terus berupaya mengimplementasikan nilai-nilai ketaatan dalam bisnis, penggunaan sumber daya alam yang efisien, dan mengurangi kesenjangan kesejahteraan dengan program pemberdayaan masyarakat harus terus ditingkatkan," pungkasnya. (ndy) 


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar