Sekda Terima Aduan GMPLIPA Soal Anjloknya Harga Kelapa

Sekda Pelalawan Drs HT Mukhlis saat menerima massa GMPLIPA yang menuntut Pemkab Pelalawan agar segera menyikapi anjloknya harga kelapa.
PELALAWAN, RIAUBERNAS.COM - Pasca melakukan orasi di Kantor Bupati Pelalawan yang menuntut agar Pemkab Pelalawan bisa menyikapi penurunan harga kelapa, massa pendemo yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat dan Pemuda Peduli Kelapa (GMPLIPA) melakukan audiensi dengan Sekretaris Daerah Pemkab Pelalawan, Drs HT. Mukhlis di ruang auditorium Lantai 3 Kantor Bupati Pelalawan, Rabu (8/8).
 
Dalam audiensi itu, Sekda Pelalawan didampingi Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Pelalawan, mendengarkan sejumlah tuntutan yang disampaikan oleh perwakilan para pendemo. Dalam audiensi itu, salah satu pendemo mengatakan bahwa jika harga kelapa terus anjlok seperti saat ini, bukan tak mungkin para petani kelapa akan tamat riwayatnya.
 
"Kalau ke depan seperti ini terus, jelas kami tak mampu. Hutang di kedai pun sudah tak bisa, karena sudah menumpuk," tutur salah satu peserta aksi di hadapan Sekda Tengku Mukhlis.
 
Petani kelapa asal Desa Sungai Mas, Kecamatan Kuala Kampar ini mengungkapkan kondisi anjloknya harga kelapa yang dialami para petani kelapa benar-benar berada dalam titik nadir. "Tak hanya kehidupan saja, bahkan sekolah anak kami juga terancam, Pak," tegasnya. 
 
Dia menjelaskan bahwa sampai saat ini para petani belum bisa menikmati jerih payah dari hasil panen, padahal sudah lewat dari dua puluh hari pasca panen.
 
"Jadi setelah hasil panen kelapa kami antar ke kabupaten tetangga, sampai sekarang belum ada jawaban. Karena belum bisa dibongkar lantaran panjang antrean yang lebih 20 hari. Kadang antrean sampai 2 bulan, yang akhirnya kelapa jadi busuk," katanya. 
 
Hal yang sama disampaikan juga oleh petani dari Desa Labuhan Bilik, Kecamatan Teluk Meranti. Menurutnya, saat ini harga kelapa anjlok hingga menyentuh harga Rp 350 ribu.
 
"Sementara di Labuhan BIlik, hampir sebagian besar masyaraka berprofesi sebagai petani kelapa. Anak cucu kami hidup sebagai petani kelapa. Sekarang harga kelapa 350 rupiah perbutir, bagaimana kami bisa menghidupi anak-anak kami jika kondisinya seperti ini? Karena itu, kami harapkan Pemkab dapat mencari jalan keluarnya atas persoalan ini," tukasnya. (ndy)
 


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar