Melayu Merindu: Program Pemberdayaan UKM Fesyen Riau

PEKANBARU, RIAUBERNAS. COM - Menindaklanjuti audiensi dengan Gubernur Provinsi Riau, H Syamsuar pada dua pekan lalu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia Provinsi Riau (API Riau) meluncurkan program pemberdayaan anggota yang bertajuk Melayu Merindu. Program yang disusun bersama WIYASA The Fashion Ecosystem and Accelerator ini mengkolaborasikan pengrajin tenun dengan batik tradisional Riau bersama pelaku usaha fesyen di Provinsi Riau. 

Thiffa Qaisty Salsabila, Sekretaris Eksekutif API sekaligus salah satu pelaku usaha fesyen di Riau menyambut gembira kolaborasi yang disusun program tersebut.

“Program Melayu Merindu ini sangat inovatif karena akan melahirkan produk yang mengangkat warisan budaya melayu,” kata pemilik butik Sakinah by Thiffa Qaisty, Senin (31/1/2022)

Siti Nurbaya, pengrajin Batik Bono di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan merasa optimis program Melayu Merindu akan mengangkat pamor motif-motif batik tradisional Riau. Seperti motif Bono dari pengembangan siluet ombak Bono yang hanya terdapat di Riau.

“Tentu ini akan semakin disukai oleh konsumen bukan hanya di Provinsi Riau juga di provinsi lain,” ujar Ibu yang akrab disapa Bu Baya ini.

Program Melayu Merindu juga mendapat dukungan dari PT Asia Pacific Rayon (APR). Program ini dirancang untuk melestarikan kekayaan budaya warisan leluhur yang ada di provinsi Riau, baik yang berupa wastra tenun maupun batik. Program ini memfokuskan untuk bisa menggapai market millennial yang memiliki mayoritas terbesar di dalam pasar fesyen khususnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, co-founder Wiyasa TFA, Seira Meutia menyatakan selain program persiapan yang diberikan untuk para pengrajin serta pelaku usaha fesyen di Riau.

“Melayu Merindu ini juga akan menggandeng beberapa platform digital seperti marketplace, social-commerce serta beberapa saluran media sosial ternama nantinya sebagai platform distribusi dari produk hasil kolaborasi yang dihasilkan, termasuk mengajak beberapa komunitas wastra millennial untuk berkolaborasi bersama menyebarkan wastra Melayu,” jelas Seira.

Digitalisasi merupakan salah satu faktor utama yang diharapkan bisa membantu agar wastra atau kain tradisional melayu dapat lebih dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan #indonesiaberwastra. Tidak hanya melalui produk namun juga esensi filosofi budaya yang tertanam di dalamnya.

Dalam kick-off meeting pada Jum’at, 28 Januari 2022 lalu, API Riau dan Wiyasa TFA optimis program Melayu Merindu mampu menjadi tonggak kebangkitan industri fesyen bernuansa wastra tradisional di Provinsi Riau. Program ini diharapkan dapat dilakukan di daerah lain serta mengajak generasi muda harapan bangsa untuk berkarya serta mencintai wastra sebagai warisan leluhur Nusantara.(rls)


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar