Siswa Unjuk Rasa, Bangladesh Lumpuh

Unjuk rasa pelajar di Kota Dhaka

DHAKA - Kota Dhaka, yang merupakan Ibukota Negara Banglades lumpuh, kantor kantor kedutaan besar asing ramai ramai mengeluarkan surat peringatan perjalanan bagi warganegaranya. Penyebabnya aksi unjuk rasa yang diikuti oleh puluhan ribu, yang mayoritas dari mereka adalah pelajar di sekolah sekolah di Dhaka. Beberapa hari menggelar aksi protes, kelompok kelompok mahasiswa dan dan para aktifispun turut turun ke jalan menggelar aksi.

 

Pemicu dari kemarahan para pelajar itu bermula dari sebuah kecelakaan yang terjadi pada dua orang siswa di Dhaka pada 29 Juli 2018. Satu siswa laki laki dan satu siswa perempuan itu meninggal di tempat setelah di lindas sebuah bus yang melaju kencanga, Sopir diduga kehilangan kendali atas kendaraan saat menyalip bus lain untuk berebut penumpang.

 

Sebenarnya kecelakaan seperti itu biasa terjadi di Dhaka, dan menjadi kejadian biasa dijumpai di setiap hari di kota dengan lalu lintas sangat berbahaya di negara di mana lebih dari 4.000 pejalan kaki tewas dalam kecelakaan lalu lintas tahun lalu.

 

Namun kecelakaan kali itu berbeda,  justru memicu kemarahan luas di media sosial dan kemudian menyebabkan gelombang demonstrasi anak-anak sekolah.

 

Puluhan ribu murid sekolah turun ke jalan-jalan di Dhaka, memblokir jalan dan persimpangan, yang menyebabkan kelumpuhan kota.

 

Para pengunjuk rasa menghentikan truk, bus dan mobil, memeriksa SIM pengemudi dan mengecek apakah kendaraan berada dalam kondisi layak jalan.

 

"Yang kami inginkan adalah lenyapnya korupsi, dan bahwa SIM tak lagi dibagikan seperti permen," kata seorang remaja berusia 17 tahun

 

Unjuk rasa yang jarang terjadi di Bangladesh itu berlanjut seminggu, dengan ribuan murid dan mahasiswa yang praktis melumpuhkan ibukota negeri. Jalur-jalur bus di dalam kota dan yang menuju atau berangkat dari Dhaka dibatalkan.

 

Saat menangani pengunjuk rasa Sabtu lalu, polisi dilaporkan menggunakan gas air mata dan peluru karet, melukai puluhan remaja - meskipun pihak berwenang menyangkal hal ini.

 

Disamping itu juga terjadi pula bentrokan antara demonstran dan kelompok pro-pemerintah, yang disebutkan merupakan anggota Liga Chhatra Bangladesh (BCL), organisasi mahasiswa yang terkait dengan partai Liga Awami yang berkuasa.

 

BCL juga dituduh terlibat dalam serangan terhadap wartawan - termasuk tindakan menghancurkan ponsel dan kamera - yang oleh koran Daily Star disebut sebagai "pelanggaran kebebasan pers yang sangat tercela."

 

Dengan gerakan protes yang hampir seluruhnya didorong anak-anak muda, tidak mengherankan bahwa media sosial memainkan peran kunci, baik dalam menyebarkan berita awal tentang tewas tertabraknya dua siswa, maupun dalam menggalang demonstrasi.

 

Para pengguna medsos terguncang atas reaksi keras pemerintah tetapi bersikeras bahwa mereka akan terus turun ke jalan,

 

Para aktivis juga berbondong-bondong ke media sosial untuk menggalang peliputan media lokal dan internasional.

 

Pemerintah menjanjikan untuk melakukan reformasi terkait keselamatan di jalan raya. Senin (6/8) ini kabinet menyepakati Undang-Undang Angkutan Jalan Raya yang baru yang sejak lama tertunda.

 

Namun para pejabat menegaskan bahwa mereka menginginkan agar unjuk rasa protes yang mempermalukan pemerintah Sheikh Hasina itu untuk segera berakhir.

 

Pemerintah memblokir layanan internet 3G dan 4G sepanjang Sabtu malam - sehingga menghalangi upaya para pengunjuk rasa untuk melakukan penggalangan dan berbagi informasi atas aksi mereka.

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa, PBB, mengungkapkan kecemasan atas keselamatan anak-anak muda yang terperangkap dalam aksi protes.

 

"Kami sangat prihatin dengan laporan-laporan kekerasan, dan meminta semua pihak untuk tenang," kata koordinator PBB di Bangladesh Mia Seppo.

 

Kedutaan AS di Bangladesh juga mengkritik tindakan polisi terhadap para pengunjuk rasa melalui pernyataan keras mereka.

 

Editor : Apon


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar