Implementasi Proyek Locomotive-8, SKK Migas - PHM Berhasil Hemat USD 60 Juta

BALIKPAPAN – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), salah satu anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang nerupakan bagian dari Zona 8 Regional Kalimantan Subholding Upstream dengan dukungan SKK Migas, hingga saat ini telah berhasil melakukan penghematan biaya operasi dan produksi minyak dan gas bumi (migas) melalui proyek Locomotive-8 sebesar USD60 juta atau setara 840 miliar rupiah. 

Proyek Locomotive-8 (Low Operation Cost of Mahakam to Acheive Effectiveness and Efficiencies-8) adalah suatu langkah terintegrasi dalam optimasi biaya operasi dan produksi migas berbasis inovasi dan sinergi. Proyek ini bertujuan untuk menjaga keekonomian aset dan keberlanjutan lapangan-lapangan wilayah kerja Mahakam yang sudah mature dengan tingkat penurunan produksi alamiah (natural declining rate) mencapai lebih dari 50%. Proyek ini melibatkan seluruh manajemen dan pekerja PHM dan merupakan kelanjutan program optimisasi di Mahakam yang sudah berjalan selama tujuh bulan sejak peluncuran di awal tahun 2021.

Upaya-upaya yang sudah dilakukan antara lain adalah melalui 8 inisiatif utama Locomotive-8 dan penerapan metoda SCRUM (Spirit of Agility for Mahakam Sustanaibility) yang berguna untuk mengembangkan ide-ide optimisasi dari situasi operasi yang kompleks, yaitu metoda kerja sederhana dengan proses yang transparansi, inspeksi, dan adaptasi yang cepat dan tepat. 

Program inisiatif utama Locomotive-8 yaitu borderless & sinergy operation regional 3; marine & logistic optimization; risk based maintenance and inspection; tri-axes (engineering, contract, workload) of well intervention optimization; technical innovation in drilling & construction; integrated supply chain; perimeter reduction; dan digitalization.  

Menurut General Manager PHM Agus Amperianto, tantangan terbesar yang dihadapi Perusahaan selama pelaksanaan proyek Locomotive-8 adalah untuk terus menemukan program cost optimisasi yang dapat menghasilkan penghematan yang signifikan, mengingat program efisiensi dan penghematan besar-besaran telah dilaksanakan juga pada tahun-tahun sebelumnya.  

”Melalui proyek Locomotive-8 ini, kami menyiapkan strategi dan langkah-langkah yang komprehensif untuk mencapai target penghematan Anggaran Biaya Operasi (ABO) 2021, dengan terus mengkaji dan menerapkan inisiatif optimisasi berkelanjutan yang akan mendukung operasi migas yang selamat, efektif, efisien dan handal, sesuai dengan visinya untuk menjadi perusahaan migas kelas dunia,” terang Agus.  

Sementara itu, Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, upaya efisiensi yang dilakukan oleh PHM adalah turunan dari Program Cost Optimization yang diinisiasi oleh SKK Migas sejak tahun 2020, dan merupakan bagian dari transformasi hulu migas.

“Untuk menjaga penerimaan negara yang optimal, SKK Migas mengupayakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk terus melakukan upaya efisiensi dalam mengawal capaian produksi nasional. Hal ini tertuang dalam Roadmap Program Cost Optimization hulu migas yang akan dilaksanakan hingga tahun 2023,” tambah Benny.

Program Cost Optimization hulu migas sendiri terdiri dari identifikasi cost driver, fix cost, variable cost, cost behavior dari struktur biaya Wilayah Kerja, menetapkan peluang optimalisasi biaya, serta menetapkan timeline & monitoring optimalisasi biaya.

“Kami menyadari, bahwa hulu migas harus terus melakukan terobosan efisiensi dalam kegiatan operasinya, terlebih di tengah kondisi yang masih belum kondusif akibat pandemi Covid-19. Kami mengapresiasi PHM yang telah melakukan Proyek Locomotive-8 dan berhasil memberikan dampak penghematan biaya sebesar 840 miliar rupiah,” lanjut Benny.

Sebagai operator di wilayah kerja Mahakam, PHM berkomitmen untuk terus memelihara tingkat produksi dan keberlangsungan produksi migas dari lapangan-lapangan migas yang sudah mature, sehingga dapat terus mendukung pemenuhan kebutuhan energi Indonesia untuk tahun-tahun yang akan datang. (***)


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar