Cacing, Ayam dan Naga, Gairah Ramin cs Bersimpulkan Amanah

Ramin Sunarto bersama Tim CSR Pertamina Field Lirik, Dian di reaktor cacing yang dibuatnya dari rangkaian bambu yang diisi kotoran sapi yang dipadati dan disemai bibit cacing merah

PELALAWAN (Riaubernas) - Panas menyengat seakan membakar kulit, teriknya serasa mendidihkan ubun ubun, cuaca negeri di ujung timur Kabupaten Pelalawan itu tak ubahnya seperti hari hari biasa sebelumnya, derajat celsiusnya diatas rata rata daerah tropis, kebanyakan orang lebih memilih untuk beraktifitas di dalam ruangan dan tempat rindang, menghindar dari sengatan matahari. Walau ada sebagian warga yang tampak memaksakan diri melawan terpaan sang surya demi menafkahi sebuah keluarga, dipaksa melawan hukum alam yang tak bersahabat walau nafas kadang tersengal, pasokan oksigen ke organ pernafasan yang terasa berkurang.

Debu jalanan tampak berterbangan dalam gulungan  angin yang menyapu pasar Ukui, di warung dan cafe cafe di tengah pusat pergerakan ekonomi kecamatan tampak terlihat banyak anak anak muda tengah menikmati juice segar di gelas kaca dalam ruang berpendingin AC satu PK.

Gadis berparas ayu keluar dari zona nyamannya di Pertamina Field Lirik, tempat kerja nan rindang serta kesejukan dalam kantor di tinggalkan nya untuk membelah jalan lintas timur, bergerak ke arah Barat melintasi perbatasan daerah guna menjumpai para pejuang ekonomi keluarga di Kelurahan Ukui. Ia tak latah mengikuti gaya sebaya berleha leha menghabiskan masa, ia tetap beraktifitas dengan semangat seakan hidup seribu tahun lagi, bermanfaat bagi banyak orang.

Dia, tidak bertoleransi pada ancaman, protokol kesehatan harus di nomor satukan saat beraktifitas di luaran, dengan masker berSNI menutup mulut dan hidungnya, hijabers ini menyonsong cerahnya hari dalam energi berkilaukan senyuman.

Dian, karyawan Pertamina Field Lirik, Corporate Social Responsibility (CSR) spesifikasi tugasnya, disetiap tugas, ia selalu mengenakan rompi kebanggaan berlogo Pertamina yang berbentuk huruf P dengan kombinasi warna biru, hijau dan merah. Dari balutan yang di pakainya itu, seakan mengkonfirmasi komitmen perusahaan minyak negara yang bertanggung jawab, berwawasan lingkungan, memiliki keuletan dan ketegasan dalam menyelesaikan masalah, tak terkecuali, masalah yang dihadapi oleh kelompok-kelompok binaan di kelurahan, desa desa dan kampung kampung kecil, yang tengah berjuang memperbaiki ekonomi dan taraf hidup keluarga.

Ketika berhadapan para pemilik profesi yang disebut Bung karno sebagai Penyangga Tatanan Negara Indonesia itu, ia tak merasa tinggi seranting, didahukukan selangkah, tanggung jawabnya melayani setulus hati anggota kelompok Berkat Usaha yang di bina tim CSR Pertamina Lirik, walau di tengah Pandemi, saat Covid 19 menghantui.

Kendaraan mulai berhenti di depan rumah Ramin Sunarto, ketika kaki menginjak bumi, turun dari kendaraan yang di tumpanginya, tanpa menghirau lelah yang tengah di rasa, penat dan rasa gerah selama perjalanan ambyar sudah ketika Dian menatap kandang kandang cacing pheretima berbungkus kotoran sapi dalam rajutan bambu tua. Hati nya bermekaran indah, bak kumbang menemukan taman bunga.

Kepuasan hati dara si penutur kata yang berlemah lembut ini lengkap sudah ketika senyum ramah Ramin sekeluarga dan kelompoknya menyapa tamu yang sudah biasa bertandang ke rumah, membantu mereka merajut asa demi masa depan yang lebih baik.

Di rumahnya Ramin, Dian adalah tamu istimewa dengan perlakuan biasa, keakraban lah yang membuat mereka leluasa berkomunikasi, berbagi cerita dan ilmu satu sama lain, tersebab kedekatan itu pula, anggota tim CSR Pertamina ini sudah seperti saudara oleh Ramin sekeluarga dan kelompoknya.

"Udah sering ke sini, seperti anggota keluarga aja kalau buk Dian datang," kata Seli Saliyem, istri dari Ketua Kelompok Berkat Usaha Ramin Sunarto, Kamis (20/8/2020)

Di awal Pandemi Covid 19, Ramin Sunarto sempat menduga, bahwa Dian dan orang orang di CSR Pertamina tidak akan terlhat lagi di tengah mereka, ketakutan penyebaran virus mematikan ini seakan memupus mimpi mereka yang di depan mata.

"Kami kira buk Dian dan kawan kawan di Pertamina Lirik tidak lagi datang, kan Covid nya sudah semakin parah," kata Ramin

Dugaan Ramin rupanya di luar perkiraan, Dian tetap datang memenuhi panggilan hati.  Baginya menjalankan komitmen perusahaan adalah bentuk pengabdiannya sebagai patriot energi nasional untuk melayani negeri yang dicintai.

"Rutinitas biasa, menjalankan komitmen Pertamina melayani negeri, kita di CSR ini ya melayani kelompok kelompok binaan di desa desa," kata Dian

Ketika di kediaman si ketua Kelompok Berkat Usaha, Dian bisa menghabiskan waktu berlama lama di belakang rumahnya Ramin Sunarto yang berbatasan dengan kebun sawit nan rindang, disana berdiri rajutan bambu tersusun rapi berbentuk bulat memanjang, ada 13 buah rangkaian dengan jenis dan bentuk yang sama, didalamnya diisi oleh Ramin dengan kotoran sapi yang dipadati, kemudian disemai bibit cacing merah (Pheretima).

"Rangkaian bambu ini kita sebut reaktor cacing, fungsi nya untuk mengurai kotoran sapi menjadi kompos, proses penguraian ini di bantu cacing merah," terang Ramin

Dari reaktor cacing itu pula, dua keuntungan sekaligus di dapat, kompos yang memiliki kandungan penyubur tanaman yang lebih baik dari pada semua jenis pupuk terbaik buatan pabrik, keuntungan lainnya adalah budidaya cacing yang bernilai ekonomi.

Satu reaktor, diisi satu kilogram bibit cacing merah yang harga di pasar mencapai Rp. 100. 000an, setelah 45 hari sejak di tabur, cacing cacing merah itu akan menghasilkan 4 kilogram, dan siap di jual ke pasar.

"Di Pekan baru ada pengepul cacing, harganya sekitar seratus ribuan perkilo nya, bisa juga di jual langsung kepada orang orang yang mempunyai hobi memancing, untuk umpan, biasanya ada yang datang membelinya," jelasnya

"Sedangkan kotoran sapi akan terurai menjadi pupuk kompos, kalau ada cacing nya di dalam, kotoran itu tidak akan bau, karena diurai oleh cacing, kompos nya subur, cacing pun beranak pinak," imbuhnya

Sekali waktu, Ramin pernah memberikan cacing itu ke ternak ayam kampung yang di kelola oleh Kelompok Tani Berkat Usaha yang di pimpinnya, karena cacing memiliki kandungan lemak, protein dan mineral yang tinggi, ayam ayam peliharaan kelompok cepat tumbuh besar.
Melihat kenyataan itu, Ramin pun memiliki keinginan yang besar untuk dapat memproduksi sendiri pakan ikan dan ayam (pur) dari bahan baku cacing, dedak dan jagung, kombinasi ini akan menghemat biaya, namun tetap memiliki kandungan lemak, mineral dan protein yang tinggi.
"Nanti, rencana nya cacing cacing ini kita olah sendiri, kita bikin pakan ternak,  pakan itu yang akan kita pasarkan," beber Ramin tentang strategi bisnisnya

Keinginan Ramin dan belasan anggota kelompok Berkat Usaha belum bisa terwujud dalam waktu dekat, hal itu lebih disebabkan kendala mesin pengolahan pakan ternak, kelompok ini harus bersabar sampai unit usaha yang dirintis nantinya sudah membuahkan hasil, atau bantuan berikut datang dari berbagai pihak sebagai pengabul mimpi yang diidamkan.

"Kalau sudah ada mesin penggiling nya, reaktor cacing akan sangat bermanfaat lagi, karena kita akan produksi pakan ternak yang jelas kandungan proteinnya," ungkap Ramin dalam pengharapan.

Meski belum bisa memproduksi sendiri pakan ternak dari cacing, Ramin tetap tak henti berucap rasa syukur atas bantuan CSR Pertamina ke kelompoknya.
Baginya, Perusahaan minyak plat merah itu telah membuka sekat sekat keterbatasan wawasan pengembangan diri anggota kelompok tani di desa, yang selama ini cuma belajar dari semangat coba coba.

"Kita sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Pertamina Lirik, kita di berikan pelatihan, dapat ilmu dan pengetahuan baru, kalau selama ini kita berusaha kan coba coba saja, tetangga pelihara ayam kita pelihara ayam, tetangga berkebun kita berkebun, tapi sejak di bina oleh Pertamina, kita di fasilitasi sampai bisa mengembangkan ilmu yang kita dapat, didatangkan ahlinya untuk mengajari kita, itu sangat bermanfaat," ungkap Ramin.

Terpilihnya kelompok tani Berkat Usaha di Ukui menjadi kelompok usaha yang di bina langsung tim CSR Pertamina Lirik, bukan ujuk ujuk bak memenangkan undian berhadiah dalam bungkusan permen karet, Bantuan CSR Pertamina di dahului oleh survey awal dan pemetaan sosial terhadap kelompok tani dan masyarakat sekitar. Goalnya, kelompok binaan ini menjadi pilot project inovasi tepat guna berbiaya rendah namun tinggi manfaat.

"Program budidaya cacing dengan teknik reaktor ini kami kembangkan setelah melihat hasil pre-survey dan social mapping di Kelurahan Ukui. Potensi masyarakat baik potensi sumber daya alam, berupa limbah tandan sawit dan kotoran hewan yang melimpah, dikembangkan oleh Kelompok Tani Berkat Usaha sebagai media budidaya cacing dengan teknik vertikultur." Terang Lirik Field Manager, Kurniawan Triyo Widodo. Kamis (20/8/2020)

Kurniawan berharap, melalui program mitra bina yang di jalankan Pertamina, masyarakat yang tergabung di dalam kelompok binaan dapat terangkat ekonomi nya, kualitas hidupnya pun akan meningkat.

"Harapannya, program pemberdayaan masyarakat yang kami lakukan dapat menghasilkan produk bernilai ekonomi yang mampu meningkatkan kesejahteraan para penerima manfaat." imbuhnya

Di tempat yang terpisah 3 km dari sarang cacing merahnya Ramin, di bekas kebun karet seluas 2 hektar milik ketua kelompok, berdiri kandang ayam dari kayu dan bambu, yang berlantaikan tanah di tengah ladang, kandang itu dibangun dengan luas 3 x 5 meter, di tengah lahan bersekat jaring tipis seluas 15 x 10 meter, jaring itu berfungsi sebagai pagar agar ayam ayam peliharaan tak lepas ke kebun sawit tetangga.

Kebun karet yang dulunya menjadi mata pencarian Ramin menopang ekonomi keluarga, pohon yang pernah menjadi komoditas andalan para petani masa lalu, telah ia ditumbangkan, menurut Ramin, harga karet tak lagi menjanjikan. syukurnya, gairah pemberdayaan yang di tularkan tim CSR Pertamina memberi secercah harapan perubahan dalam giat pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

"Sukses dari berkebun karet itu cerita masa lalu, masa sekarang, harga karet saat ini tidak sebanding dengan biaya perawatannya, Alhamdulillah, di kelompok tani Berkat Usaha ini kita satu visi untuk sukses bersama, tentu di mulai dengan semangat kerja bersama," beber Ramin

Keinginan Kelompok tani Berkat Usaha untuk mengkonversi kebun karet menjadi lahan peternakan ayam kampung mendapat support pula dari Pertamina, gayung bersambut, modal yang menjadi kendala Ramin dan kawan kawannya ini teratasi berkat bantuan dari induk semang juragan minyak negara.
Bantuan dari  CSR Pertamina, dimanfaatkan untuk pembuatan kandang ayam dan pembelian indukan ayam kampung yang diharapkan cepat beranak pinak, menjadi sumber pundi pundi rezeki semua anggota kelompok kelak.

"Sekarang ada sekitar tiga puluhan ekor ayamnya, nanti kalau sudah bertelur kita tetaskan, biar ayam berkembang biak dulu, kalau sudah memiliki sekitar tiga ratusan indukan, baru kita produksi telurnya saja, kalau kalkulasi kita, nanti kita bisa produksi telur minimal dua ratusan tiap hari," kata ramin dalam nada optimisme

Optimisme keberhasilan kandang ayam ini muncul tersebab kelompok ini memiliki reaktor cacing untuk mensuplay kebutuhan gizi, lemak dan protein yang dibutuhkan ayam peliharaan.

"Sangat optimis, karena kita punya pakan yang memiliki kandungan gizi, lemak dan protein sempurna," tegas Ramin.

Di lahan eks kebun karet seluas dua hektar itu, bukan hanya kandang ayam harapan di gantungkan, lahan yang cukup luas juga di manfaatkan untuk bercocok tanam. Tepat di sebelah kandang ayam, terdapat jejeran kayu yang di pancang rapi dengan jarak 3 meteran antara kayu satu dengan kayu lainnya, di atasnya tampak potongan ban bekas yang di paku rapat dengan kayu penyangga. Di bagian bawah tumbuh beberapa potongan batang tanaman berwarna hijau.

Kata Ramin, tumbuhan yang mereka tanam adalah pohon buah naga,  kandungan gizi yang cukup tinggi dan kaya manfaat ini membuat tanaman dari jenis kaktus ini menjadi primadona bagi masyarakat. Pasarnya sangat menjanjikan, dan nilai jual nya cukup menggiurkan.

"Buah naga lagi populer saat ini, kita pilih buah naga ini untuk kita budidayakan, karena buah ini memasarkan nya gampang, harga nya juga lumayan tinggi," terang Ramin

Keunggulan lain dari tanaman ini akan berbuah apabila sudah mencapai umur sekitar satu tahunan sampai dua tahunan. Tanaman sudah dapat dipanen setelah buah melewati 50 hari pertama sejak putik bermekaran. Tanaman buah naga ini akan berbuah terus menerus sepanjang tahun sampai waktu peremajaan nanti di usia tanaman 30 tahun.

"Sekali panen, akan panen terus," ujarnya

Tak hanya tanaman buah naga, ada juga tanaman palawija lain, seperti sayur sayuran dan cabe-cabean. Semua tanaman yang di budidayakan oleh Ramin cs tanpa menggunakan pupuk pabrik, untuk penyuburan nya hanya memanfaatkan kompos hasil penguraian kotoran sapi di reaktor cacing. Kompos ini selain hemat, juga memiliki kandungan penyubur tanaman yang tinggi.

"Yang kita hasilkan nanti, cacing, telur ayam organik, buah naga organik, cabe organik dan sayur-sayuran organik," tandasnya

Ramin cum suis belum sepenuhnya menikmati apa yang telah mereka mulai, namun gairah akan perubahan serta harapan yang jelas terbentang di depan menjadi motivasi untuk di wujudkan, tentu harus di sambut dengan kegigihan dan kerja keras tim, satu dua tahun kedepan, anggota kelompok tani Berkat Usaha akan menikmati apa yang mereka rintis bersama hari ini.

"Ketika ayam sudah bertelur, buah naga dan tanaman lainnya di kebun masuk masa panen, anggota kelompok akan sejahtera bersama, itu plaining kita, optimisme kita,” ungkapnya dalam nada penuh keyakinan

“Seluruh kegiatan yang  kami lakukan merupakan wujud tanggung jawab kami menjaga amanah yang di berikan Pertamina, sudah di fasilitasi apa yang kami butuhkan, tentu harus kita jawab dengan semangat dan keseriusan dari seluruh anggota kelompok tani Berkat Usaha, semoga apa yang kita kerjakan ini barokah,” pungkas Ramin berharap.

Reporter : Apon Hadiwijaya
Editor : Apon Hadiwijaya


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar