Lomba Tari Anak Indonesia 2018, Sanggar Seni SDN 007 Pangkalan Kerinci Borong Juara Tingkat Nasional

PELALAWAN, RIAUBERNAS.COM - Sanggar Seni Terusan Kasih Sekolah Dasar Negeri (SDN) 007 Pangkalan Kerinci, berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Pasalnya, dalam Gelar Tari Anak Indonesia 2018 yang diikuti oleh setiap provinsi di Indonesia, Sanggar Seni Terusan Kasih di Sekolah Dasar yang dikepalai oleh Samsidar M.Pd ini berhasil memborong seluruh Kategori Karya Terpilih.

Dari mulai Penari Terpilih, Penata Musik Terpilih, Koreografer Terpilih, Penata Rias Busana Terpilih dan Grup Penyaji Terpilih direbut semua oleh SDN 007 Pangkalan Kerinci yang mewakili Riau dalam gelaran tersebut. Atas prestasinya ini, Kepala Sekolah SDN 007 beserta para juara diberikan penghargaan khusus oleh Bupati Pelalawan dalam penutupan Pelalawan Expo. Jum'at kemarin (12/10).

Atas capaian prestasi ini, Kasek SDN 007 Pangkalan Kerinci, Samsidar yang akrab dipanggil Bu Nong, saat dikonfirmasi, Senin (15/10), merasa berbagai perasaan bercampur aduk. Bangga, senang dan terharu menyelimuti perasaannya saat tarian yang ditampilkan oleh para siswanya berhasil meraih predikat terbaik.

"Alhamdulillah, semua predikat terbaik berhasil diraih oleh kita. Ini benar-benar sebuah kejutan bagi saya pribadi, dan saya anggap sebagai hadiah bagi HUT Kabupaten Pelalawan ke 19," katanya. 

Nong menjelaskan, bahwa keikutsertaan sekolahnya dalam Gelar Tari Anak Indonesia 2018 yang ditaja oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, bermula saat sebelum Idul Fitri lalu. Saat niat itu sudah ada, pihaknya langsung membuat video tarian ‘Mandi-mandi Berbenen’ di Pantai Kuala Terusan.

"Kami kirim video itu ke Kementerian untuk mengikuti seleksi Gelar Tari Anak Indonesia 2018. Dari 140 Video yang masuk, kita berhasil lolos sampai akhirnya terseleksi 27 Provinsi yang akan menampilkan karyanya termasuk kita. Kemudian dari 27 itu berkurang satu yakni Sulteng karena ada bencana itu," ujarnya.

Gelar Tari Anak Indonesia 2018 ini dilaksanakan dari tanggal 2-6 Oktober lalu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Hari pertama yakni Rabu (3/10/2018), tampil grup tari dari DI Yogyakarta, Kepulauan Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Bangka Belitung, dan Kalimantan Timur. Hari kedua, Kamis (04/10/2018), tampil 11 grup, dari Bengkulu, Banten, Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Jambi, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, Nusatenggara Timur, dan Sumatera Barat.

"Kita tampil di hari ketiga yakni hari Jum’at (05/10/2018), dengan Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, dan DKI Jakarta. Satu grup dari Sulawesi Tengah batal mengikuti gelar acara ini, karena wilayahnya sedang menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami," ujarnya.

Para juri yang terdiri dari praktisi profesional di bidang tari seperti Drs. Frans Sartono (Wartawan, pengamat seni pertunjukan, dan General Manager Bentara Budaya), Wasi Bantolo, S.Sn, M. Hum (Dosen ISI Surakarta dan praktisi tari), Drs. MJ. Florybertus Fonno (Praktisi tari dan pengajar di Padepokan Bagong Kussudiardjo Yogyakarta), dan Anusirwan, M.Sn (Komponis dan penata musik tari) serta Hartati S.Sn, M.Sn menetapkan 30 karya terpilih. Meliputi; 10 Penari Terpilih, 5 Grup Penyaji Terpilih , 5 Koreografer Terpilih, 5 Penata Musik Terpilih, dan 5 Penata Rias dan Busana Terpilih.

Hebatnya, Sanggar Seni Terusan Kasih SDN 007 Pangkalan Kerinci Pelalawan, yang mewakili Provinsi Riau, berhasil memborong seluruh Kategori Karya Terpilih. Dari mulai Penari Terpilih atas nama Difa Julia Arizki, Grup Penyaji Terpilih yakni Sanggar Seni Terusan Kasih, Koreografer Terpilih yakni Faizal Andri, S.Pd, Penata Musik Terpilih atas nama Iswahyudi, S.Pd (Penata Musik Terpilih) dan Penata Rias dan Busana Terpilih atas nama Emon Ramadhan Putra, S.Pd.

"Kita sendiri jangankan mimpi membayangkan saja tidak kalau semua predikat terpilih diborong oleh sanggar kita," kata Samsidar, tak henti-hentinya bersyukur.

Ditanya soal arti dari Tari ‘Mandi-mandi Berbenen’ yang ditampilkan itu, Samsidar mengatakan bahwa tarian itu berkisah tentang peristiwa alam yang kerap terjadi di pesisir Riau, khususnya di Kabupaten Pelalawan. Di daerah tersebut, kerap terjadi peristiwa alam dan pasang surut air di Sungai Kampar. Tapi bagi anak-anak, kondisi alam seperti itu malah dimanfaatkan oleh mereka untuk mandi dan bermain air. 

"Mereka menunggu air pasang tiba, agar bisa bermain air menggunakan benen (ban dalam mobil). Dalam garapan ini gerak yang digunakan gerakan seperti Zapin dan Lenggang, sebagai menjadi dasar pijakan ragam tari Melayu Riau," ujarnya.

Menurut Samsidar, budaya kearifan lokal yang diaplikasikan dalam Tarian ‘Mandi-mandi Berbenen’ itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para juri, yang pada akhirnya bisa memborong semua penghargaan dalam bidang tari tingkat nasional. Dirinya berharap, prestasi ini menjadi cambuk bagi sekolah yang dipimpinnya untuk terus berprestasi baik dalam bidang akademik, olahraga maupun seni tari. (ndy/sam)


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar