RGE Rayakan Founder Day, Jikalahari Sebut 4 Dosa Besar RAPP
PELALAWAN (Riaubernas) - Raja Garuda Emas, induk nya Grup April yang menaungi Perusahaan raksasa Asia Tenggara Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP) merayakan Founder Day nya pada Sabtu (7/12/2024). Kemeriahan acara yang mengusung tema “The More You Have, The More You Give” yang bermakna semakin banyak kamu memiliki semakin banyak kamu memberi.
Dalam kegiatan tersebut, COO RAPP Eduward Ginting menyebutkan bahwa Perusahaan yang dipimpinnya itu telah memberikan banyak manfaat bagi Masyarakat di sekitar wilayah operasional. Dan sudah menjadi komitmen owner untuk memberikan yang terbaik bagi Masyarakat.
"Selama berdirinya PT. RAPP sudah banyak masyarakat membantu dan kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Sesuai arahan pimpinan perusahaan Sukanto Tanoto, perusahaan diminta agar selalu mengedepankan pemberian yang baik kepada masyarakat dan hendaknya bantuan yang di berikan tepat sasaran." Ucapnya Eduward Ginting menandai 31 tahun beraktifitasnya Perusahaan Perusahaan Sukanto Tanoto di Riau.
Menanggapi pernyataan COO nya RAPP di Founder Day RGE itu, Koordinator Jaringan kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) Okto Yugo Setio menyebutkan ada empat dosa besar RGE dan anak anak Perusahaan nya yang berkontribusi besar atas kerusakan di tanah Riau.
Pertama Okto menyebutkan, RAPP sebagai Perusahaan kertas terbesar dengan bahan baku kayu yang sebagian besar diambil dari alam itu telah menyebabkan kerusakan ekologis yang amat dahsyat. Perusahaan Sukanto Tanoio ini memiliki peran yang sangat besar dalam menghilangkan tutupan hutan alam.
“Jikalahari mencatat, RGE melalui APRIL Group dan anak usahanya terutama pada periode 2007 – 2009 telah melakukan penebangan hutan alam skala besar di Riau bahkan melalui tindakan bertentangan dengan hukum. Pada 2007 Polda Riau melalui Kapolda Sutjiptadi menetapkan 8 perusahaan (PT RAPP, PT Merbau Pelalawan Lestari, PT Mitra Kembang Selaras, PT Madukoro, PT Citra Sumber Sejahtera, PT Bukit Betabuh Sei Indah, PT Nusa Prima Manunggal dan PT Anugerah Bumi Sejahtera) yang menyuplai kayu hasil tebangan hutan alam dalam jumlah besar ke PT RAPP sebagai tersangka pelaku illegal logging. Walaupun barang bukti telah terkumpul, sayangnya Sutjiptadi diganti Hadiatmoko dan penanganan kasus ini dihentikan dengan diterbitkannya SP3,” kata Okto dalam keterangan resmi nya kepada media ini, Senin (9/12/2024).
Lanjutnya, Belakangan pun diketahui bahwa izin yang diperoleh perusahaan-perusahaan penyuplai kayu hutan ke APRIL Grup ini diperoleh dengan tindakan melawan hukum, berupa suap untuk memuluskan terbitnya izin di atas tegakan hutan alam, yang jelas-jelas saat itu bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
“Terbaru, Jikalahari menemukan APRIL Grup melalui anak usahanya PT Selaras Abadi Utama dan PT RAPP Estate Sungai Mandau menebang hutan alam, membuka kanal baru dan merusak ekosistem gambut yang memiliki fungsi lindung hingga menanam akasia di luar konsesinya tanpa izin. Dari olah data spasial dan citra satelit, Jikalahari menemukan dalam 10 tahun terakhir, periode 2014 – 2023, total 64.374,74 ha tutupan hutan alam yang telah hilang dalam areal konsesi perusahaan yang terafiliasi dengan APRIL Group/ RGE. Artinya, APRIL Grup dalam 10 tahun terakhir telah berkontribusi menghilangkan hutan alam seluas kota Pekanbaru,” tegasnya.
Yang kedua RAPP Berkontribusi terhadap karhutla dan produksi asap di Riau dan akibatkan kerusakan gambut, Dari hasil investigasi Jikalahari, ditemukan perusahaan afiliasi APRIL Grup rajin berkontribusi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau.
Hasil analisis hotspot Jikalahari menggunakan citra satelit Terra-Aqua MODIS, di aral konsesi perusahaan HTI afiliasi APRIL Grup memang kerap ditemukan hotspot dengan confidence>70% yang besar kemungkinan merupakan titik api. Total dalam 5 tahun terakhir ditemukan ada 515 titik yang berpotensi menjadi titik api dalam areal konsesi mereka.
“Kebakaran yang terjadi dalam areal konsesi HTI, terutama berada di atas kawasan gambut, berkontribusi besar menyumbangkan gas rumah kaca yang dapat mempercepat perubahan iklim dan akibatkan kerusakan lahan gambut,” kata Okto merinci.
Kontribusi ketiga perusahaan nya Tan Kang Hoo untuk Riau ikut berperan menciptakan konflik dan tergusurnya masyarakat adat dan tempatan, Jikalahari bersama jaringan memetakan konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan afiliasi APRIL Grup sejak perusahaan beroperasi menemukan berkaitan dengan sengketa batas tanah ataupun tergusurnya masyarakat dari tanah ulayat mereka, hilangnya sumber penghidupan masyarakat yang bergantung dari hasil hutan, kekerasan dan kriminalisasi terhadap masyarakat, perselisihan terkait kompensasi ganti rugi serta konflik lainnya berkaitan dengan polusi, kerusakan infrastruktur dan hal lainnya.
“Ada sekitar 72 desa ataupun komunitas yang berkonflik dengan APRIL Grup dan perusahaan yang terafiliasi dengan mereka. Sekitar 82% diantaranya berkonflik berkaitan dengan isu penguasaan tanah dan penggusuran masyarakat sedangkan sisanya berkaitan dengan kekerasan dan kriminalisasi. Data yang tercatat disini hanyalah segelintir dari yang muncul ke permukaan. Tidak menutup kemungkinan ada lebih banyak konflik lainnya yang tidak tersorot ataupun terpublikasikan,” terangnya merinci.
Dan Kontribusi keempat anak anak perusahaan Royal Golden Eagle di Riau ini menuirut catatan Jikalahri salah satunya kegiatan perusahaan memicu konflik manusia dan harimau serta hilangnya flora dan fauna. Kejadian konflik manusia dan harimau (KMH) di Riau dalam satu tahun terakhir mencapai 4 kejadian di dua kabupaten, Siak dan Indragiri Hilir (Inhil).
Dalam 5 tahun terakhir KMH di Riau terjadi dengan intensitas semakin meningkat. Jikalahari mendata sejak 2018 hingga 2024, tercatat sudah ada 15 kejadian serangan harimau dan menelan korban jiwa hingga 13 orang tewas dan 2 luka-luka.
Menurut data kawasan kantong harimau hasil Population Viability Analysis (PVA) KLHK tahun 2016, di Riau terdapat 7 kawasan kantong harimau dan ditemukan ada 36 perusahaan HTI (6 diantaranya merupakan afiliasi APRIL Grup) dan 8 HGU yang berada di sekitarnya. Tingginya KMH di Riau erat kaitannya dengan aktifitas korporasi HTI dan HGU yang menebang hutan alam untuk dijadikan perkebunan akasia ataupun sawit. Hilangnya tutupan hutan dan terganggunya habitat harimau di kawasan ini, tidak terlepas dari akibat aktifitas korporasi HTI dan HGU perkebunan sawit di areal tersebut.
“Aktifitas perusahaan menebang hutan alam yang menjadi habitat flora dan fauna khas Riau turut berkontribusi besar akibatkan kelangkaan ataupun kepunahan flora dan fauna tersebut,”bebernya
Menanggapi pernyataan Eduward Ginting yang mengatakan RAPP sudah banyak memberikan untuk masyarakat, dikatakan Okto sebagai kebohongan besar dan pembohongan publik. Aktifitas RGE melalui perusahaan HTI yang terafilisasi dengannya lebih banyak menciptakan dampak negatif bagi hutan dan masyarakat Riau.
Hutan yang terus dirusak, flora dan fauna yang hilang akibat kehilangan habitat alaminya, konflik dengan masyarakat yang tak berkesudahan dan bahkan akibatkan masyarakat adat kehilangan hutan tanahnya hingga berkontribusi meyebabkan masalah lingkungan yang akibatkan karhutla hingga banjir.
“APRIL Grup terlibat korupsi kehutanan, dimana 16 korporasi yang terafiliasi dengan grup ini menyuap Gubernur Riau Rusli Zainal, Bupati Siak Arwin As, Bupati Pelalawan Tengku Azmun Jaffar serta tiga Kepala Dinas Kehutanan Riau. APRIL Grup menyuap para terpidana untuk mendapatkan izin IUPHHK-HT, RKT dan BKT periode 2002 – 2009 di atas hutan alam yang seharusnya tidak boleh dibebani izin. Akibat tindak koruptif ini, hutan alam Riau banyak ditebangi dan diperkirakan nilai tegakan hutan alam yang telah hilang mencapai Rp 2,5 Triliun hingga perekonomian negara telah dirugikan mencapai Rp 1,3 triliun,” teagas Okto lagi
Sudah cukup APRIL Grup membohongi publik dengan menyatakan kontribusi positif mereka terhadap hutan dan lingkungan. Seharusnya di Founder Day itu, RGE, April, Asian Agri RAPP, dan banyak lagi perusahaan perusahaan milik Sukanto Tanoto yang merusak hutan untuk jujur atas apa yang mereka lakukan pada tanah Riau ini.
“Dan masyarakat harus membuka mata, bahwa lebih banyak dampak negatif yang diberikan perusahaan ini terhadap lingkungan dan hutan kita. Bahkan mereka harusnya malu karena mewariskan kerusakan hutan dan lingkungan untuk anak cucu mereka di generasi yang akan datang. Hutan yang telah mereka rusak belum juga mereka perbaiki, namun kerusakan-kerusakan lainnya terus mereka lakukan.”pungkas Okto
Menurut Jikalahari, harusnya RGE dan anak anak perusahaannya meminta maaf kemasyarakat Riau di peringatan Founder day itu, atas kerusakan yang telah mereka perbuat.(tim)
Tulis Komentar