Penyambung Asa, Bersama Dalam Terang

Rumah warga Desa Kuala Terusan Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan yang sudah menikmati listrik 24 jam

PELALAWAN (Riaubernas.com) - Di sebuah rumah panggung, lima gadis cilik Melayu pesisir tak teralihkan pandangan matanya dari layar kaca cembung berukuran 17 inchi yang ditempatkan di tengah ruang tamu. Mereka tampak begitu menikmati sinetron berseri yang di tayangkan oleh salah satu stasiun tv swasta..

Di samping tv tabung berdesir lembut sebuah kipas angin kecil menyebarkan angin sejuk pengusir gerah para pemirsa layar kaca di sebuah rumah panggung berdinding kayu meranti, terlihat juga sebuah hape jadul diatas meja kecil dipojok ruangan, hape jadul itu lagi mengcharge batterainya di colokan listrik yang menempel didinding.

Suara azan kemudian berkumandang melalui pengeras suara dari sebuah surau tua di tengah kampung, panggilan shalat itu membubarkan semua aktifitas penghuni desa, bocah bocah lelaki yang tengah asik bermain bola, langsung berhamburan pulang ke rumah masing masing, seorang ibu dengan lembut meminta putri nya untuk mematikan tv saat azan berkumandang. Tv pun dimatikan, gadis gadis cilik kawan sepermainan putri siempunya rumah lantas berpamitan untuk pulang ke rumahnya.

Di jalanan kampung, tampak bapak bapak berjalan perlahan menuju surau, dengan mengenakan baju koko, berkain sarung dan berpeci hitam, dari wajahnya terpancar raut berseri dengan sisa sisa air wuduk yang masih menempel diwajah mereka, tak hanya para bapak bapak saja yang terlihat di jalanan kala itu, kaum ibu ibu pun tak kalah gesit pula, langkah kaki berayun lebih cepat, ada yang berjalan sembari merapikan mukena putih sambil menenteng sajadah di lengannya.

Di pintu surau, para jamaah melepas sandal dibatas suci sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam, dengan tenang seluruh jamaah menunggu sang bilal menyesaikan seruan penanda waktu shalat tiba.

Setelah Muhizul (45) sang muazin, selesai mengumandangkan azan, jamaah laki laki membentuk syaf lurus di bagian depan, yang di belakangannya terdapat sebuah pembatas dari kain untuk memisahkan dengan jamaah perempuan yang membentuk syaf sendiri di belakanganya, imam pun mengangkat takbir, shalat fardhu Magrib di mulai.

Suara imam terdengar lantang dan merdu dari pengeras suara yang di setel kecil agar diperdengarkan oleh jamaaah yang ada di dalam surau Al Hujahiddin saja, jamaah perempuan yang bagian belakang pun bisa dengar jelas mendengar suara imam yang berada paling depan.

Usai magrib berjamaah, pembatas kain pun di buka, agar jamaah perempuan yang di belakang bisa bergabung dalam pengajian bersama selepas Magrib. Rutinitas ba’da Magrib diisi dengan kegiatan magrib mengaji anak anak tempatan, ada seorang ustadz membimbing mereka. Ada juga orang tua yang bergabung dalam pengajian itu, ada yang ikut membimbing anak anak, ada juga ikut melancarkan bacaan Al qur an nya.

Kegiatan magrib mengaji di surau Al Hujahiddin dilaksanakan saban hari, mulai Ahad malam sampai Jum ‘at malam, sedangkan sabtu malam diisi dengan tausyiah singkat dari ustadz sebagai santapan rohani sembari menunggu waktu Isya menjelang.

Tidak semua jamaah shalat Magrib yang mengikuti pengajian kala itu, beberapa ada yang langsung meninggalkan surau kembali kerumah, dan biasanya jamaah itu akan kembali ke surau lagi saat azan Isya kembali nyaring terdengar dari toa di atas atap surau tua.

Kewajiban seorang hamba kepada sang maha pencipta tertunai sudah di malam itu, selesai Isya yang diiringi sunat Rawatib ba’da Isya menutup rangkaian ibadah jamaah di surau. Satu persatu jamaah meninggalkan tempat ibadah, menyusuri jalan semen selebar satu setengah metermenuju ke rumah masing masing, perjalanan mereka terbantu dengan cahaya bohlam listrik yang dipasang di sebelah sisi sungai, lampu penerang jalan di kampung memang di buat sedikit rapat, sekitaran 25 meteran jarak dari satu tiang lampu dengan tiang lampu lainnya. Dengan adanya lampu itu, jalan pun menjadi terang benderang.

Muhizul menjadi orang terakhir yang mengangkat kaki dari halaman surau, dia pulalah yang diberikan tugas mematikan lampu, mematikan semua perangkat listrik di dalam surau, menutup semua jendela, dan tugas terakhir, sang Bilal ini bertanggung jawab menggembok pintu surau, memastikannya surau yang dicintai warga kampung aman dari tangan maling.

Dalam perjalan pulang ke rumah, kepada Riaubernas.com, Muhizul bercerita bagaimana kehidupan masyarakat kampung nya itu berubah sejak empat tahun silam, magrib mengaji yang diisi oleh anak anak dan remaja itu semakin ramai, itu semua tidak terlepas dari keberadaan listrik di kampung mereka.

“Dulu, kampung kami ini sangat gelap, kalau magrib pintu pintu rumah sudah di tutup, tidak ada aktifitas lain di luar rumah, kalau anak anak mengaji paling ba’da (sesudah) Ashar, kalau sekarang bisa sesudah magrib, sesudah Asharnya dipergunakan untuk bermain.” Terang Muhizul

Sang Muazin ini mengenang, bagaimana sepinya surau mereka walau sudah puluhan tahun berdiri, bahkan sebelum dirinya lahir, surau itu sudah ada di bangun oleh kakek kakek mereka terdahulu. Azan berkumandang tanpa pengeras suara, tak terdengar oleh warga dari rumah mereka.

Sekitaran sepuluh tahun terakhir, mulai lah surau tua itu mendapatkan fasilitas jenset dari sedekah warga yang dikumpulkan sepanjang tahun. Sayang nya, ekonomi warga yang rata rata menggantungkan hidup dari ikan di Sungai Kampar itu bisa dibilang pas pasan, hanya sekedar mencukupi pangan anggota keluarga saja. Untuk menyisihkan sedikit rezeki untuk kegiatan amal kadang harus menunggu ikan di sungai melimpah, menunggu pasang berakhir yang datang tak saban hari.

Jenset yang dibeli dari sedekah yang susah payah dikumpulkan itu, tidak pula bisa hidup tiap malam, pengeras suara pun tidak bisa menyala setiap waktu azan tiba, kotak infak yang dibuka seminggu sekali itu hanya bisa menghidupkan jenset beberapa hari saja, sering kali azan berkumandang tanpa toa, akibat dari ketiadaan bahan bakar jenset mushalla.

“Ada jenset yang kami beli dari hasil kotak infak, tapi itu jarang hidupnya, minyak mahal, infak satu minggu kadang cuma dua malam bisa menyala, sering kali azan kami tidak menggunakan pengeras suara. Tidak ada minyak jenset,” terang pria yang disapa Atan ini.

Pada tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Pelalawan mulai menjalankan program “Pelalawan Terang”, program ini bertujuan meningkatkan elektrifikasi rumah tangga, yang pada tahun 2012, saat HM Harris pertama memegang kendali pemerintahan di Kabupaten Pelalawan ini, tingkat elektrifikasinya hanya 21 persen saja.

Semangat menerangi kehidupan masyarakatnya, program Pelalawan Terang di gesa, dengan melibatkan semua stake holder terkait, tiang tiang listrik dipancangkan sepanjang jalan di wilayah Kabupaten Pelalawan, antar kampung yang jauhpun di hubungkan dengan untaian kabel listrik bertegangan tinggi. Tiang tiang listrik yang berdiri kokoh dibangun dari APBD Pelalawan melalui program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Desa/Kelurahan (PPIDK).

“Sejauh ini kita sudah bangun jaringan jaringan listrik sepanjang 2.020,5 km, ini merupakan wujud komitmen kita meningkatkan rasio elektrifikasi rumah tangga. Insya Allah target 100 persen elektrifikasi akan tercapai di tahun 2020,” kata Bupati Pelalawan HM Harris optimis

Tentu saja, tiang yang kokoh dan kabel kabel yang menjuntai juntai tidak pula serta merta menyalakan cahaya di rumah warga. Arus litrik jua lah menentukan. Komitmen pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendistribusikan arus listrik kerumah warga adalah mimpi yang menjadi nyata setelah sekian tahun dalam pengharapan.

Sebagian desa di wilayah Kabupaten Pelalawan satu persatu mulai di terangi oleh karyanya Thomas Alva Edison itu. Walau berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, yang merupakan ibu kotanya Kabupaten Pelalawan, Desa Kuala Terusan tidak menjadi opsi utama dalam penggesaan program “Pelalawan Terang”.

Desa yang berjarak 12 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Pelalawan ini mulai merasakan Pelalawan benar benar terang pada tahun 2015, di tahun terakhir periode pertama pemerintahan Bupati HM Harris. Lampu listrik negara pun menyala menggantikan jenset, petromak dan lampu semprong milik warga Kuala Terusan yang telah puluhan tahun menemani hidup mereka melewati malam di pinggiran peradaban.

“Semenjak ada listrik empat tahun belakangan ini, barulah kampung kami seperti layaknya kampung yang berpenghuni, lampu listrik menyala di tiap rumah, ada lampu jalan menerangi aktifitas warga waktu malam, tidak takut berjalan malam hari, kalau dulunya takut, karena gelap, warga kita takut keinjak ular atau binatang berbisa lainnya,” ungkap Abdul Syarif salah seorang aparatur desa setempat.

Masih menurut Syarif, dengan adanya listrik seperti saat ini, dari segi ekonomi, warganya sudah bisa berhemat banyak hal, selama ini nelayan sungai harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli es, agar hasil tangkapan dapat disimpan lebih lama, sekarang warga bisa menyimpan ikan di lemari pendingin (kulkas).

“Dulu, untuk menghidupkan lampu petromak yang menyala sampai jam 12 malam, kemudian lampu semprong sampai pagi, rata rata warga menghabiskan 10 sampai 12 liter minyak tanah perbulan, yang harganya waktu itu Rp. 10.000 per liter di warung warung, kalau di kalikan dengan 12 liter perbulan, warga menghabiskan sekitar Rp. 120.000 perbulan. Dengan adanya listrik seperti saat ini, dengan uang seratus ribu rupiah saja bisa menghidupkan lampu sampai pagi, hidupkan kipas angin dan tv selama sebulan,”imbuhnya

Apa yang disampaikan oleh Abdul Syarif persis sama seperti dirasakan oleh warga bernama Komariah (63), di rumah panggungnya yang sangat sederhana, hanya ada lampu, tv dan kipas angin, setiap bulannya, tagihan listrik rumahnya hanya sekitaran Rp. 80.000 sampai Rp. 85.000 perbulan.

“Delapan puluh lima ribu rupiah perbulan, lampunya hidup sampai pagi. Kipas angin hidup dan bisa nonton tivi pula, cucu cucu saya bisa belajar dengan nyaman malamnya,”terang Komariah seraya mengatakan sebelum masuknya listrik kebutuhan minyak tanah untuk lampu semprong dan petromaknya sekitar 10 liter perbulan. “Saya hanya punya lampu petromak dan lampu semprong, minyaknya sepuluh liter sebulan,” tandasnya

Tak hanya menerangi, adanya listrik di rumah warga, mempermudah arus informasi ke kampung yang berpenghuni 120an kepala keluarga ini. Apalagi saat ini rata rata warga sudah memiliki alat komunikasi berupa telepon selular (ponsel) atau handpone (hape). Alat komunikasi itu tidak akan berguna jika penambah daya tidak ada, dengan adanya listrik, segala menjadi lebih mudah.

“Aspek yang paling nampak perkembangan di tengah masyarakat dengan adanya listrik adalah komunikasi menjadi lebih mudah, rata rata warga sudah memiliki hape, ada listrik untuk mencharge nya, dulu sebelum ada listrik, kalau mau charge hape harus ke rumah keluarga yang ada di kota dulu, numpang charge disana. Tapi itukan tidak mungkin tiap hari pergi ke kota yang jaraknya dua belas kilometer itu hanya untuk menumpang charge hape, sekarang sudah sangat jauh lebih baik,” ungkap Pj Kades Kuala Terusan Jumnasril S.PdI

Manfaat besar tentu dirasakan oleh Kantor Pemerintahan Desa Kuala Terusan sendiri, sebelumnya seringkali  urusan administrasi kantor dikerjakan di kota, seperti mengetik surat menyurat, print dan kebetuhan kantor lainnya sering dilakukan di kantor camat bahkan tak jarang di warung internet (warnet).

“Sering kita mengerjakan surat menyurat di kota, di tempat kawan, di kantor kecamatan dan sering juga di warnet,” imbuhnya

Dengan masuknya listrik di kantor desa, banyak urusan menjadi sangat mudah dan cepat, seperti kebutuhan administrasi masyarakat menjadi sangat terbantu. Yang pada akhirnya pelayanan yang lebih baik yang menjadi hak masyarakat terpenuhi.

“Untuk mempermudah urusan administrasi dan pelayanan, kita di tuntut harus mengikuti teknologi yang tengah berkembang saat ini, hampir semua teknologi itu berhubungan listrik, komputer harus pakai listrik, printer harus pakai listrik, mau pakai wifi juga harus ada listrik kan?, itu manfaat listrik” jelasnya

Jumnasril mengakui, warga nya rata rata memiliki mesin jenset di rumah, namun jenset itu tidak bisa hidup sepanjang malam, biaya bahan bakar yang mahal, membuat jenset hanya di pakai paling lama sampai jam 21.00 WIB saja. Banyak pula yang hanya menjadikannya peralatan di saat darurat saja, ketika ada hajatan, acara syukuran atau kegiatan lain yang bersifat mendesak semata.

“Kalau sekarang sampai pagi sudah bisa di nikmati listriknya, jalan jalan sudah terang, perasaan warga sudah merasa aman,” tandasnya

Pada tahun 2014, kewenangan Pemerintah Kabupaten/ kota dalam urusan ESDM di cabut termasuk di dalamnya urusan kelistrikan. Hak yang sebelumnya di tangan pemerintah kabupaten kota kini hanya di miliki oleh pusat dan pemerintah propinsi saja, setelah UU no 23 tahun 2014 tentang Pemda disahkan. Padahal masih banyak pemkab yang masih menggesa program kelistrikan dalam memenuhi kebutuhan listrik warga. Meningkat rasio elektrifikasi, memberikan pelayanan sepenuh hati, keadilan energi untuk negeri. Menghubungkan teknologi terkini melalui berbagai perangkat elektrik ke kantor kantor pementahan di desa desa terpencil. Kewenangan pemkab seakan di kebiri. Kuasanya kini tak seratus persen lagi.

Walau pemkab tak lagi berwenang mengurusi listrik. Bukan berarti keinginan masyarakat yang bertahun tahun mendambakan listrik hadir di rumah mereka. Menerangi tiap sudut ruangan saban malam. Menerangi jalan kampung dan menghidupkan aktifitas warga bila malam tiba seperti desa desa tetangga yang sudah lebih dulu menikmati Pelalawan Terang pupus sudah.

Pemkab memang tak lagi ada di situ, namun pemerintah propinsi hadir dengan semangat yang sama bahkan dengan dukungan penuh pemerintah pusat. pemerintah propinsi melalui Dinas ESDM bertanggung jawab membangun jaringan kelistrikan di seluruh pelosok negeri sebelum daya dialirkan oleh PLN.

"Sejak disahkannya UU nomor 23 tahun 2014. Pemerintah kabupaten kota tidak lagi memiliki kewenangan mengurusi pertambangan dan kelistrikan. Kewenangan itu hanya ada pada Pemerintah Propinsi dan pusat" terang Kepada Bidang Ketenagalistrikan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi Riau Andriani SE, M.Si

Di bidang Ketenagakelistrikan, pemerintah berusaha maksimal menggesa tingkat rasio elektrifikasi rumah tangga. Jaringan terus di bangun bahkan pembangkit listrik baru pun dibangun agar memberikan keadilan listrik untuk seluruh masyarakat.

"Desa yang belum tersentuh listrik kita bangunkan jaringannya. PLN yang akan mengalirkan arus ke rumah warga. Itu sudah kita lakukan. Seperti di Pelalawan, melalui program Pelalawan terang, pemkab membangun jaringan melalui program PPIDK, ketika kewenangan hal hal terkait ketenagalistrikan ada di propinsi, maka jaringan listrik yang belum bisa di bangun oleh PLN, kita yang bangun," lanjutnya

Sementara itu, Wakil Gubernur Riau, Edy Efrizal Natar Nasution mengatakan infrastruktur kelistrikan telah menjadi kebutuhan penting masyarakat di desa. Dia pun berharap upaya melistriki seluruh desa di Riau dapat selesai tahun ini.

“Kami sangat mendukung program PLN Riau Terang selesai di 2019,” ujarnya.

Di tingkat pusat, Pemerintahan Presiden Jokowi melahirkan satu program baru untuk menggesa peningkatan rasio elektrifikasi berskala nasional. Nama programnya "Indonesia Terang" tahun 2017. Program ini menitik beratkan pada pengembangan Energi Baru Terbarukan, dengan membangun pembangkit listrik terpusat, memprioritaskan pembangunan jaringan listrik di desa desa pesisir yang sulit di jangkau.

Program Indonesia Terang atau lebih di kenal dengan Listrik Desa (Lisdes) ini telah berhasil memberikan penerangan listrik di daerah daerah terluar dari Propinsi Riau.

Di Kabupaten Pelalawan ada beberapa desa yang telah menikmati program listrik desa. Tiga desa di Kecamatan Kuala Kampar, yakni Desa Sungai Upih, Desa Teluk Bakau dan Desa Teluk Beringin telah di bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat (PLTS terpusat) dengan menghabiskan anggaran 20 Miliar yang berasal dari Anggaran di Dirjen Energi Terbarukan.

"Selain desa di Kuala Kampar, ada juga desa di Kecamatan Teluk Meranti yang mendapatkan program yang sama" tambahnya

Tak hanya membangun pembangkit listrik terpusat, jaringan listrik yang menghubungkan tiang tiang listrik ke desa desa terpencil pun dibangun. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerataan kesejahteraan yang berkeadilan dalam kelistrikan.

"Seperti di Kecamatan Pelalawan, Bandar Petalangan dan Kerumutan, sudah kita bangun jaringannya, dan saat ini, masyarakat disana sudah menikmati listrik " tukasnya

Kebahagian yang tak dapat terucap dengan kata kata seperti di rasakan oleh masyarakat di Desa Ransang Kecamatan Pelalawan, lama menyimpan asa agar listrik menyala di rumah mereka, bertahun tahun berjuang di Pelalawan Terang, selalu ada kendala. Walau desa desa tetangga sudah terang benderang namun mereka masih bermimpi dalam gulita.

Di tahun 2018, Kepala Desa Ransang, Lahuddin Abadi mencoba menyambung asa ke PLN Wilayah Riau, bertanya keberuntungan warganya untuk mendapatkan layanan dari perusahaan listrik plat merah itu.

Harapan sang Kades dan 171 KK warga Ransang tak bertepuk sebelah tangan, PLN mengarahkan sang kades untuk membuat proposal Lisdes.

Lahud pulang dengan cita, mempersiapkan adminiatrasi dan persyaratan lain agar Ransang benar benar terang dalam nyata tidak lagi dalam mimpi belaka.

2018, mulailah jaringan jaringan listrik ke desa mereka di bangun, kabel kabel listrik berbungkus isolator berwarna hitam mulai menguntai dari tiang besar di tepi jalan menghubung ke pinggir atap rumah warga. 900 watt daya segera mengalirkan sentrum guna menghidup alat listrik milik warga.

Seminggu jelang puasa Ramadhan 1440 berakhir, dua bulan setengah sebelum perayaan kemerdekaan Indonesia ke 74 tahun 2019. Warga Ransang merasakan kebahagian yang tiada tara, listrik kini telah menyala 24 jam. Jalanan kampung sudah tak lagi gelap. mereka merasa benar benar hidup di zaman merdeka.

"Lama kami berjuang agar warga Ransang bisa merasakan kebahagian yang sama dengan warga desa lain di Kabupaten Pelalawan, sering kami minta keadilan itu dengan memohon ke Pemkab agat program Pelalawan Terang di tuntaskan sampai ke desa kami, beberapa kali pula kami demo karena merasa tak diberlakukan secara adil, akhirnya doa kami terjawab juga, lisdes dari program Indonesia Terang akhirnya menerangi rumah kami, menghidupkan aktifitas warga di malamnya, listrik sudah bisa kami nikmati sekitar seminggu sebelum lebaran Idul Fitri kemarin," terang Kades Ransang Salahuddin Abadi, Kamis (25/7).

Untuk menjaga tidak terjadinya pemadaman listrik di seluruh wilayah operasionalnya, PLN Wilayah Riau mengklaim memiliki pasokan listrik sebesar 935 MW, jauh dari daya yang dibutuhkan oleh seluruh pelanggan PLN di Propinsi Riau yang hanya membutuhkan pasokan sebesar 586 MW pada masa beban normal. Namun di saat kebutuhan kelistrikan pelanggan di Riau berada pada beban puncaknya, dibutuhkan pasokan sebesar 727 MW. masih di bawah ketersedian daya yang di miliki oleh perusahaan negara yang diberikan tugas khusus mengatur urusan kelistrikan di wilayah Riau itu.

Pasokan daya sebesar itu berasal dari PLTU Tenayan Pekanbaru sebesar 150 MW, dari PLTG Balai Pungut di Bengkalis sebesar 175 MW, PLTG Teluk Lembu Pekanbaru seebesar 240 MW, dan PLTA Kotopanjang di Kabupaten Kampar sebesar 120 MW.

"Ada tambahan pasokan dan transfer daya kelistrikan dari Payakumbuh Sumatera Barat sebesar 200 – 250 MW yang di transfer melalui Payakumbuh - Koto Panjang - Garuda Sakti, jadi total daya yang kita punya sebesar 935 MW." terang Humas PLN Wilayah Riau, Fendi Nugroho, Senin (5/8/2019).

Setelah daya dialiri ke seluruh pelanggan PLN se Riau, masih ada sekitar 200an MW daya yang tidak terpakai, pihak PLN sendiri terus berusaha mencari pelanggan potensial agar bisa menyalurkan daya listrik yang berlebih itu.

Sebagai perusahaan yang bernaung di bawah badan Usaha Milik Negara (BUMN), PLN juga berkomitmen mendorong tumbuh kembangkan industri menengah dan besar. Yang diharapkan berdampak pada pembukaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga meningkatkan kualitas kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan masyarakat Riau.

"Ada sinergitas antara program PLN Wilayah Riau dengan beberapa BUMN lainya, kita memberikan bantuan listrik gratis kepada 2.600 Keluarga pra sejahtera. Warga miskin yang mendapat bantuan program sambung listrik gratis ini diberikan sentrum berdaya 450 Volt Ampere (VA), dengan tarif bersubsidi, listrik yang digunakan adalah sistem layanan prabayar, intinya, untuk keluarga miskin kita beri kemudahan, masuk gratis, dan bayarnya pun murah," beber Fendi.

Melalui program program yang dijalankan oleh PLN Wilayah Riau, tujuan akhirnya adalah bagaimana palayanan negara melalui salah satu badan usahanya yakni PLN dapat menjangkau kehidupan seluruh masyarakat, tidak terkecuali mereka yang bermukim di pelosok negeri. Daya listrik yang miliki, energi yang dipunyai, disalurkan secara merata dan berkeadilan. Demi kehidupan yang lebih baik.

"Untuk kehidupan yang lebih baik adalah Motto PLN, itu komitmen kita untuk mewujudkannya," tandasnya

Agar tersalurnya energi yang berkeadilan, manfaat ketenagalistrikan dapat di nikmati seluruh masyarakat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, termasuk di dalamnya masyarakat Melayu di Riau, tak berbeda apakah mereka bermukim di gunung, lembah, pantai dan pesisir, atau mereka yang tinggal di kota, desa atau daerah terpencil. Demi keadilan energi, PLN berusaha menyentuh mereka. Salah satunya dengan program listrik desa.

"Program listrik desa hanya memiliki satu tujuan akhir yaitu 100 persen desa yang ada di Riau teraliri listrik, beberapa desa di Pelalawan sudah menikmati program ini," kata Fendi

Disebutkannya, upaya PLN menghimpun energi dalam satu pasokan daya listrik, di lakukan dalam interkoneksi Sumatera. tol listrik Sumatera ini untuk mengevakuasi daya listrik murah yang dihasilkan oleh pembangkit mulut tambang di Sumatera Selatan menuju ke utara Sumatera. Hal ini ke depan akan menurunkan biaya pokok produksi (BPP) listrik di Sumatera juga meningkatkan keandalan karena sudah terinterkoneksinya listrik dari Selatan hingga ke Utara Sumatera.

Dengan listrik yang andal diharapkan dapat menarik investor sehingga bisa mendorong tumbuhnya industri menengah dan besar di setiap provinsi. PLN akan siap melayani kawasan-kawasan industri yang membutuhkan daya listrik yang besar sesuai lokasi yang ditetapkan oleh Pemda setempat.

"Kita siap menyuplai listrik untuk kawasan industri besar sekalipun, dan kita juga memberikan kemudahan kepada masyarakat miskin agar mereka juga dapat meniknati listrik. Listrik negara dinikmati oleh seluruh warga negara, PLN memastikan itu," pungkasnya

Penulis : Apon Hadiwijaya


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar