RER Catat Kemajuan Dalam Memperbaiki Hutan Rawa Gambut Utuh Terbesar di Sumatera

RER Catat Kemajuan Dalam Memperbaiki Hutan Rawa Gambut Utuh Terbesar di Sumatera

JAKARTA – Memasuki tahun ketujuh program restorasi dan konservasi di lahan gambut terbesar di Sumatera, Restorasi Ekosistem Riau (RER), kembali mencatatkan berbagai kemajuan dalam upaya menjaga dan melindungi lahan gambut yang merupakan habitat bagi flora dan fauna yang dilindungi.

Pencapaian upaya restorasi ekosistem di hutan rawa gambut utuh terbesar di Sumatera ini dirangkum dalam Laporan Kemajuan RER, yang dipublikasikan bertepatan dengan perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day pada 5 Juni, yang pada tahun ini mengambil tema “Restorasi Ekosistem”. 

RER merupakan program restorasi ekosistem yang diinisiasi produsen pulp dan kertas, Grup APRIL, bagian dari Grup RGE yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam yang beroperasi secara global. Sejak 2013, RER berkomitmen melindungi, merestorasi dan mengkonservasi ekosistem di lahan gambut, serta menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati di konsesi seluas 150.693 ha di Riau, setara dengan luasan kota London.

"Sejalan dengan perayaan hari Lingkungan Hidup Sedunia, kami turut menyampaikan lima hal penting yang kami capai dalam Laporan Kemajuan RER 2020, yaitu peningkatan inventarisasi flora dan fauna, kesuksesan menjaga hutan restorasi dari kebakaran selama tujuh tahun berturut-turut, prakarsa penelitian keanekaragaman hayati, dan mendukung penyelamatan Harimau Sumatera Corina,” kata Nyoman Iswarayoga, External Affairs Director RER, Jum'at (4/6/2021).

Sampai dengan tahun 2020, RER berhasil mengidentifikasi total 823 spesies, bertambah 26 jenis flora dan fauna di dalam kawasan restorasi dibanding tahun sebelumnya. Perinciannya, sebanyak 76 spesies mamalia, 308 spesies burung, 101 spesies amfibi dan reptil, 192 spesies pohon, 89 spesies ikan dan 57 spesies Serangga (Odonata) di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. 

Dari angka tersebut, sebanyak 57 spesies terdaftar di Daftar Merah IUCN sebagai rentan (39), hampir punah (17) atau terancam punah (10). Terdapat pula 115 spesies dalam yang masuk dalam daftar daftar CITES dan 99 spesies tercatat oleh Pemerintah Indonesia sebagai dilindungi.

RER juga ikut menjadi bagian dari usaha Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dalam melepasliarkan Harimau Sumatera bernama Corina yang sebelumnya ditemukan terjerat di kawasan perkebunan warga, di Semenanjung Kampar, berbatasan dengan area RER pada awal tahun lalu. Area restorasi RER terpilih menjadi lokasi pelepasliaran Corina setelah melalui berbagai kajian yang mempertimbangkan kondisi alamiah hutan, keberadaan satwa mangsa, perlindungan aktif dan kemungkinan interaksi antara masyarakat dan harimau yang dirasa cukup kecil.

Pada tahun 2020, RER juga menyelesaikan survei pertama Odonata dari empat survei yang direncanakan. Survei ini berhasil mengidentifikasi 57 spesies capung dan capung jarum di kawasan RER Semenanjung Kampar. Adapun sembilan diantaranya tercatat sebagai spesies yang pertama kali terekam keberadaannya di Provinsi Riau, 4 diantaranya pertama kali terekam di Pulau Sumatra dan 1 spesies Amphicnemis bebar tercatat keberadaannya pertama kali di Indonesia.

Penelitian lainnya yang memperkuat pentingnya RER sebagai kawasan restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati, yakni pemantauan migrasi burung raptor yang merekam 302 penampakan burung dan Asian Waterbird Cencus (AWC), yang memantau 440 burung dengan 8 spesies yang berbeda dalam sehari. Selama tujuh tahun terakhir juga tercatat tidak ada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di area RER di Semenanjung Kampar berkat komitmen kuat dalam upaya restorasi, perlindungan hutan serta pelibatan langsung masyarakat didalamnya.

Direktur Utama PT. Riau Andalan Pulp And Paper (RAPP) Sihol Aritonang mengatakan, pencapaian yang dicatatkan RER tak lepas dari metode yang ditetapkan APRIL selaku induk usaha PT. RAPP, yakni dengan pendekatan produksi-proteksi khususnya di wilayah Semenanjung Kampar serta perwujudan komitmen APRIL 2030 yang diluncurkan oleh perusahaan pada November 2020 lalu.

APRIL juga menyelesaikan pembangunan pusat penelitian Eco-Research Camp setelah empat tahun perencanaan. Eco-Research Camp akan berfungsi sebagai pusat ilmu pengetahuan lahan gambut tropis untuk ilmuwan dan akademisi nasional maupun internasional serta pemangku kepentingan, yang ingin merasakan pengalaman langsung bagaimana restorasi ekosistem di lapangan.

Selain pembangunan Eco-Research Camp sebagai pusat penelitian, lewat APRIL 2030 perusahaan juga terus mendukung lanskap yang berkembang di area operasional dengan dukungan terhadap inisiatif restorasi melalui kolaborasi dan kerjasama. Perusahaan menyiapkan pendanaan dari setiap ton serat yang digunakan dalam produksi hingga US$10 juta per tahun untuk investasi di bidang lingkungan dalam 10 tahun ke depan.

“RER tidak hanya mendukung program restorasi ekosistem dan keanekaragaman hayati di Indonesia, namun sekaligus juga mendukung upaya pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon,” jelas Sihol.

Lewat APRIL 2030, perusahaan juga mendukung perlindungan dan pelestarian satwa liar di Indonesia, termasuk jenis yang terancam punah, melalui kemitraan dan kerjasama. Komitmen APRIL 2030 sendiri bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi alam, iklim dan lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan.

Adapun RER merupakan perwujudan nyata komitmen perusahaan dalam mendorong penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) khususnya poin 15 yakni Life on Land (Ekosistem Daratan) dan 13 yakni Climate Action (Penanganan Perubahan Iklim). (Sam)