Korupsi diwaktu pandemi

Korupsi diwaktu pandemi
Muhammad Sanusi. Penulis adalah mahasiswaSTKIP Al Hikmah Surabaya

riiingggg ..... kriinggggg. Kriiiinnggg

Jam weker belum dimatikan dan havizah belum juga bangun, padahal sudah pukul
04.00, waktu subuh sudah masuk, masjid sudah ramai dan ayam mulai berkokok.

Sepertinya havizah kelelahan setelah semalam suntuk menatap layar laptop dan
menari-narikan jemari nya. Hampir pukul 12.00 dia baru bisa beristirahat setelah sehari
penuh ia berkegiatan. Mulai dari bekerja hingga belajar. Sebagai mahasiswa rantau dan harus bekerja untuk kebutuhan hidupnya, tentu havizah sudah tahan banting dengan rasa lelah. Tapi hari ini nampaknya ia harus terlambat bangun. Hari baru ini mungkin memberi waktu lebih untuk havizah beristirahat.

Neeeettttt, neetttttz neeettttt
Kali ini alarm ponsel nya yang berdering, sontak havizah terbangun. Ponsel yang tepat
berada dekat telinga itu menjadi penyelamat havizah hari ini.

“Astagfirullah, sudah jam 5” Havizah setengah sadar mematikan alarm sambil beranjak ambil wudhu.

Selesai shalat, havizah membuka kembali laptopnya, ia ingat masih ada yang perlu diperbaiki dari tugas yang hari ini akan dipresentasikan.

“Untung masih ada waktu” havizah menggerakan jari nya sambil bergumam.
Hari ini memang penting untuk dia, tak ada waktu lagi untuk menyelesaikan tugas ini.
Sebulan kemarin ia sibuk dengan pekerjaannya, meskipun saat ini semua dikerjakan dirumah, tetap saja dia tidak bisa menyelesaikan semua bersamaan. Apalagi jauh dari keluarga membuat ia harus mengatur dirinya sebaik mungkin. Fisik, mental dan juga waktu jangan
sampai berantakan.

Ia harus mengatur semua dengan baik meskipun dalam keadaan sulit.
Setelah selesai menyempurnakan tugas nya, ia menelepon teman kuliahnya

“Assalamualaikum sin” Havizah memulai percakapan

“Waallaikumsalam, knapa zah? Tumben sekali kau pagi-pagi telpon aku”

“Ini sin, aku mau minta tolong kau baca tugasku, hari ini aku akan presentasi”

“Aku takut masih ada yang perlu di koreksi, kau tau kan aku sudah terlambat menyelesaikan tugas ini, aku tak ada waktu kalau harus di minta memperbaiki nya lagi nanti” Lanjut havizah

“Oh baiklah, aku akan bantu kau, kirim saja ke email ku” Sinta memg-iyakan permintaan
sahabatnya ini, karna havizah juga sering membantu saat bertemu masalah.

“Baik aku kirim sekarang, kau memang kawan baik ku”

“Ya kirim saja, biar cepat aku bantu kau”

“Oke, boleh aku minta tolong satu lagi? Tolong pesankan aku sarapan. Aku harus merapikan
kamar ku untuk presentasi hari ini, kau kan tau bagaimana keadaan kamar ku”

"Baiklah tuan putri” Sinta kembali mengiyakan untuk membantu havizah.

Havizah memang tak tau lagi mau minta bantuan siapa di kota ini, hanya sinta teman
kampus yang dapat di andalkan.

Havizah lalu mulai membersihkan kamarnya, setelah itu ia akan bersih-bersih diri dan bersiap untuk presentasi. Masih ada waktu 2 jam lagi, kuliah dimulai pukul 08.00

Pukul 08.00, sekarang Bu Putri suda mengirim dan membuka ruang virtual untuk
perkuliahan, meskipun kelas di mulai pukul 08.30. Bu Putri selalu membuka ruang virtual
pukul 08.00, beliau ingin memastikan semua mahasiswa telah siap dan disiplin. Meskipun
tidak bertemu secara langsung, tanggung jawab pendidik tetaplah sama, apalagi berkaitan dengan waktu, Bu Putri tak ingin mahasiswa nya melakukan tindak korupsi dalam hal ini, karna menurut beliau, dari hal kecil seperi ini lah kelak muncul korupsi. Korupsi besar penghancur negara, baik uang negara, aset negara bahkan harga diri negara. Semua bisa dikorupsi.

Sementara itu kurir pengantar makanan sudah hampir 30 menit menunggu di depan pintu
kost havizah, meski wudah di telpon berkali-kali, tak kunjung ada yang keluar. Kurir ini pun
tak henti-henti mengetuk pintu kost itu, dari yang awal nya pelan sampai menggedor-gedor.

Sang kurir khawatir ini adalah prank seperti yang baik ia liat di media sosial.

“Memang kurang ajar” kurir mulai kesal dengan perlakuan konsumen nya saat ini.
“Mentang-mentang kami dari orang kecil dan kalian punya uang” Lanjut kurir

Kurir pun akhirnya memutuskan untuk pergi dan membawa kembali makanan nya.
 Pukul 08.30, Sinta masih berusaha menghubungi teman nya.

“Kemana ini havizah, kata nya mau presentasi hari ini, tapi belum terlihat batang hidung nya”
Meskipun terlambat adalah hal umum mahasiswa Indonesia, Sinta tetap khawatir kepada teman nya, Takut terjadi hal yang tak di inginkan.

“Jika hari ini tak presentasi, dia akan menjadi satu-satunya yang tak memiliki nilai di tugas
ini” lanjut Sinta.

Akhirnya Sinta pun memutuskan untuk pergi ke kost Havizah usah perkuliahan, sebab ia
makin khawatir setelah mendapat pemberitahuan dari restoran tempat ia memesan sarapan tadi bahwa makanan tak sampai karna tak ada siapa-siapa di alamat tujuan.

Sinta harus meminta maaf pada pihak restoran dan makin khawatir denhan keadaan
sahabatnya, Havizah.

“Ada apa ini havizah, kalau ada apa-apa biasa nya dia langsung memberiku kabar, kalau
habis kuota dia pasti langsung mengisi ulang.
Sinta makin khawatir sehingga tak fokus mengikuti perkuliahan.

Perkuliahan pun selesai dengan 5 orang yang presentasi dan tak ada Havizah dalam
daftar itu.

Bu Putri juga menanyakan Havizah pada Sinta, namun Sinta tak bisa menjawab.
Sinta tak lama langsung menuju rumah Havizah, 30 menit berselang Sinta sampai.

“Assallamualaikum. Havizah!” Panggil Sinta
“Assalamualaikum, Ini Sinta!” Lanjut Sinta mulai khawatir karna tak mendengar jawaban

“ Cari mba Havizah?” Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Sinta, Sintak kaget dan
langsung menoleh ke belakang.

“Dari tadi pagi mba havizah ngga keliatan mba, bahkan tadi pagi ada kurir marah-marah
karena ngga ada jawaban” lanjut orang itu yang ternyata adalah ibu-ibu yang tinggal tidak jauh dari situ.

“Coba saja buka paksa pintunya, takutnya ada apa-apa” lanjut si ibu sambil berlalu
meninggalkan Sinta.

"Oh iya bu, terima kasih, bu!” Ucap Sinta

“KrekS" Sinta kaget, ternyata pintunya tidak terkunci, apa tadi ada orang yang masuk dan berbuat macam-macam

Sinta mulai berfikir buruk. Sinta lalu membuka pintu perlahan, berhati-hati. Setelah terbuka, Sinta kaget Havizah duduk di sofa dengan pakaian rapi tapi mata tertutup. Sinta kemudian mendekati pelan-pelan. Dia takut sesuatu terjadi pada havizah
“Zah, ini aku Sinta”
“Zah, bangun” Sinta mengguncang tubuh havizah.

“Asstagfirullah” Havizah kaget ketika membuka mata ada orang lain di kost nya.

“Sedang apa kau disini sin? Apa mengantarkan makanan ku?” Havizah bertanya-tanya.

“Kenapa tak kurir saja yang mengantar, kau ini!” Lanjut havizah

Sinta sambil tersenyum berkata :
“Tidak, aku hanya ingin mengingatkanmu untuk melihat ponsel”

“Kenapa ponsel ku?” tanya Havizah makin kebingungan.

“Lihat saja dulu” Sinta masih tersenyum untuk menenangkan havizah, sambil dia mulai
duduk.

Havizah pun segera memgambil ponsel di tempat tidurnya.

“Astagfirullah” Havizah langsung menangis, ia lihat jam di ponsel nya sudah pukul 11.00. dia
terlambat, Havizah ketiduran terlalu lama.

Di ponselnya juga banyak pemberitahuan, mulai dari pesan tak terbaca, email masuk dan puluhan panggilan tak terjawab, mulai dari nomor tak dikenal sampai nomor orang yang saat ini duduk di sofa nya.

Dia juga langsung membuka pesan dari bu Putri yang mengabari bahwa tidak ada lagi
susulan, serta sedikit rasa kecewa padahal sudah berjanji dan di beri keringanan waktu yang lebih.

Tangisan Havizah tambah menjadi, Sinta mulai mendekati dan menenangkannya.

“Sudah lah zah, jangan menangis”

“Maaf kan aku sin” Havizah berucap sambil memeluk Sinta.

“Tak apa zah” Sinta terus menenangkan.

“Semua ini karna aku menyepelekan waktu, aku fikir terlambat sebentar tak apa, toh aku
presentasi urutan ke-5. Akhirnya aku istirahat sebentar di sofa, tak terasa aku sudah tertidur
lelap” Havizah berusaha menceritakan apa yang terjadi.

“Sekarang kau telah mengerti kan akibatnya?” tanya Sinta.

“Mencoba untuk mengkorupsi waktu, mencoba untuk melakukan korupsi dan merasa bahwa tak masalah dengannya?” lanjut Sinta

“Iya aku faham sin, mungkin ini yang di maksud Bu Putri. Korupsi sangat buruk dampak nya baik bagi diri sendiri mau pun orang lain. Korupsi tidak peduli kecil atau besar akan menghancurkan. Dan korupsi apapun bentuknya tetaplah jangan di lakukan, baik waktu, uang, apalagi aset negara” Jawab Havizah.

“Alhamdulillah kau sudah ambil hikmahnya” Sinta

Havisah lalu menghubungi semua orang yang telah ia buat kecewa, dia meminta maaf
kepada Bu Putri dan menjelaskan semua, dia berjanji akan memperbaiki kesalahan dan lebih baik di semester depan.

Dia juga menghubungi pihak restoran untuk meminta maaf, terutama kepada kurir nya.
Sebagai tanda maaf ia juga memesan makanan sekalian untuk makan siang.

Terakhir, dia memeluk Sinta karna telah merepotkan dia juga berterima kasih telah menjadi teman yang baik.
(Muhammad Sanusi. Penulis adalah mahasiswaSTKIP Al Hikmah Surabaya)