Keluarga Guru Budi Cahyono Tuntut Keadilan

Keluarga Guru Budi Cahyono Tuntut Keadilan
Int.
SAMPANG, RIAUBERNAS.COM - Keluarga guru SMA Negeri 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Ahmad Budi Cahyono yang meninggal dunia akibat dianiaya HI muridnya sendiri, menuntut keadilan. Adik korban, Siti Choirun Nisak Ashari di Sampang, Jumat (2/2) meminta polisi agar kasus penganiayaan yang telah menyebabkan kakaknya meninggal dunia diproses hukum seadil-adilnya.
 
"Harus dihukum seadil-adilnya, kakak saya sudah meninggal dunia akibat kasus penganiayaan itu," ucap Choirun di rumah duka di Dusun Pliyang, Desa Tanggumong, Kecamatan Kota, Sampang, Madura, Jumat pagi.
 
Menurut Choirun Nisak seperti dilansir beritasatu.com, korban saat ini meninggalkan istri bernama Sianit Sinta (22) tengah hamil di usia kandungan lima bulan.
 
"Sekarang istrinya lagi hamil usia kandungan lima bulan, ini kehamilan kedua setelah kandungan pertama sempat gugur dulu sama-sama usia lima bulan," katanya, menuturkan.
 
Ia menceritakan, pihak keluarga mengetahui putra pertama M. Satuman Ashari itu menjadi korban penganiayaan oleh muridnya, korban sempat muntah setelah bangun tidur. Kemudian, korban menceritakan semua kejadian pada Kamis (1/2) siang kemarin sebelum meninggal.
 
Kepada Choirun Nisak, korban mengaku bahwa saat mengajar di SMA Negeri I Torjun, Sampang, dirinya dipukul salah seorang muridnya.
 
"Kami lalu menghubungi teman mas Budi, dan membenarkan kakak saya telah dianiaya muridnya sendiri," ujar Nisak.
 
Korban mengaku dipukul muridnya sendiri dan sempat menunjukkan bagian lehernya yang terkena pukulan siswa nakal itu. Sebelumnya korban terlihat lemas dan tak sadarkan diri, keluarga akhirnya membawa ke IGD RSUD Sampang. Karena pihak rumah sakit di Sampang tak mampu menangani akhirnya dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
 
Pada Kamis malam sekitar pukul 22.00 WIB, korban menghembuskan nafas terakhir. Hasil diagnosa dokter di rumah sakit itu menyebutkan, bahwa guru seni rupa bernama Ahmad Budi Cahyono itu mengalami gagar otak dan pembuluh darah pecah. (*)
 
 
 
Editor   : Andy Indrayanto