Ribuan Mahasiswa dan Masyarakat Riau Dukung Satgas PKH Tertibkan Kawasan TNTN dari Perambah dan Mafia

Ribuan Mahasiswa dan Masyarakat Riau Dukung Satgas PKH Tertibkan Kawasan TNTN dari Perambah dan Mafia

PEKANBARU - Ditengah panasnya polemik atas penolakan dan perlawanan relokasi oleh warga yang berasal dari kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) atas penertiban yang dilakukan Satgas PKH, justru sekelompok mahasiswa dan masyarakat yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Penyelamat Habitat Gajah Sumatra melakukan aksi turun ke jalan dengan membawa pesan berbeda.

Mereka bukan menolak, tapi mendukung. Bukan untuk tinggal, melainkan untuk menjaga. Aksi yang mereka lakukan sebagai bentuk dukungan terhadap Satgas PKH dalam upaya menyelamatkan Hutan Konservasi Taman Nasional TNTN di Kabupaten Pelalawan.

Selasa (24/6/2025), gerbang Kantor Gubernur Riau menjadi saksi aksi damai sekitar 500 orang yang menamakan Aliansi Masyarakat Penyelamat Habitat Gajah Sumatera Wilayah Riau. Berbekal spanduk bertuliskan “Selamatkan TNTN, Selamatkan Gajah Sumatera,” mereka menyuarakan dukungan terhadap Satgas Penertiban Kawasan Hutan (PKH), yang selama ini mendapat tekanan akibat kebijakan relokasi.

“Kami mendukung penuh Satgas PKH untuk menyelamatkan habitat gajah Sumatera,” seru koordinator aksi, Daffa Hauzan Nabil.

Daffa berdiri paling depan barisan peserta aksi yang memegang poster bergambar gajah dan peta kawasan Tesso Nilo.

Aksi ini bukan tanpa alasan. Dimana beberapa waktu lalu, ribuan masyarakat dan mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Pelalawan (AMMP) lebih dulu menggelar demonstrasi besar-besaran menolak relokasi dari kawasan TNTN. Mereka menuding kebijakan pemerintah melalui Satgas PKH merampas hak hidup masyarakat yang berada di kawasan TNTN.

Namun bagi Daffa dan rekan-rekannya, perambahan kawasan konservasi yang telah berlangsung bertahun-tahun telah membawa kerusakan besar. Kebun sawit ilegal, pembalakan liar, dan pemukiman di zona inti taman nasional disebut sebagai ancaman nyata bagi kelangsungan hidup Gajah Sumatera- satwa langka yang hanya tersisa sedikit di alam.

“Jika kita tidak bertindak hari ini, anak cucu kita hanya akan mengenal gajah dari buku pelajaran,” katanya.

Dalam pernyataan sikapnya, aliansi menyampaikan lima tuntutan. Mereka meminta pemerintah menghentikan seluruh aktivitas ilegal di dalam TNTN. Memulihkan ekosistem secara transparan dan partisipatif, serta memperkuat kolaborasi dengan aparat untuk penegakan hukum tanpa kompromi.

Tak hanya itu, mereka juga mendesak patroli terpadu melibatkan masyarakat adat dan lembaga konservasi, serta program perlindungan gajah yang lebih serius, termasuk koridor satwa dan edukasi masyarakat. “Bumi yang seimbang adalah bumi di mana manusia dan satwa bisa hidup berdampingan,” ucap Daffa, menutup orasinya.

Di tengah kontroversi soal relokasi, suara sumbang ini hadir sebagai pengingat, bahwa hutan dan satwa liar tidak punya suara untuk membela diri. Suara itulah yang kini coba diwakili mereka para penyelamat habitat gajah Sumatera.

Pada kesempatan tersebut massa aksi memberikan Boneka Gajah kepada Gubernur Riau yang diwakili oleh Kasatpol PP Provinsi Riau Hadi Pinandio. Selanjutnya massa aksi bergerak ke Kejati Riau. Selama aksi berlangsung situasi berjalan kondusif. (Rbc)