Lahan Dibaja Pesisir Bakal Jadi Kawasan Percontohan Pertanian di Rohil

Lahan Dibaja Pesisir Bakal Jadi Kawasan Percontohan Pertanian di Rohil

ADVERTORIAL ROHIL

BAGANSIAPIAPI - Sebanyak 500 Hakter (Ha) Lahan pertanian yang ada dikepenghuluan Bagan Jawa (Baja) Pesisir bakal dijadikan sebagai kawasan percotohan pertanian. Agar hal itu terealisasi, Pemerintah Kabupaten (pemkab) Rokan Hilir (Rohil) akan membangun embung agar bisa mengaliri lahan pertanian masyarakat.

Demikian disampaikan Bupati Rohil, H Suyatno Amp saat meninjau langsung lokasi pertanian dikepenghuluan Baja Pesisir,,. Ia mengatakan kedepannya dikawasan itu akan dijadikan kawasan percontohan dengan meminta Dinas pertanian dan peternakan (Distanak) Rohil membangun embung agar sawah bisa dialiri air.

Pembangunan embung itu akan diusahakan secepat mungkin, karena kehidupan masyarakat disana sangat bergantung dari hasil pertanian, makanya sangat perlu diberikan pembinaan. "lahan seluas lebih kurang 500 Hakter itu harus benar-benar kita benahi betul-betul, termasuk akses jalan menuju persawahan. Makanya apa yang diperlukan oleh petani akan kita tindaklanjuti sesuai dengan anggaran yang tersedia," Kata Suyatno.

Ditempat yang sama, salah satu ketua Gapoktan Baja pesisir, Panut menjelaskan, Kedatangan bupati untuk membantu para petani yakni dengan membangun pintu air, tanggul dan embung. Jika itu terealisasi maka para petani akan bisa melakukan penanaman tiga kali dalam satu tahun dengan rincian pertama menanam padi, kemudian dilanjutkan palawija dan kembali menanam padi.

Disebutkan Panut, saat ini kondisi lahan pertanian lagi digenangi air asin akibat pasang keling. Makanya petani memerlukan tanggul agar air pasang keling tidak masuk. "dampak dari air pasang keling itu tanaman padi bisa mati," Keluhnya.

Beberapa latar belakang pun diungkapkan, salah satunya terkait dengan keinginan pemerintah membatasi upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di tengah krisis harga pasar yang membat anjloknya harga sawit petani.

Idealnya, sebut Bupati, kondisi harga sawit yang turun mampu menekan terjadinya penyusutan terhadap upaya ekspansi perkebunan yang menggerus usaha pertanian khususnya tanaman pangan, termasuk padi.

Namun, dia tidak menafikan kalau pengaruh perkebunan sawit telah menyebabkan terjadinya degradasi luasan lahan pertanian tanaman pangan, khususnya padi.

Hal ini sangat dikhawatirkan dan Rohil yang selama ini terkenal dengan sebagai penghasil lumbung padi bisa menjadi tinggal kenangan. Hingga saat ini Diperkirakan sekitar 27 Ha  lahan sawah telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit.

“Alih fungsi lahan saat ini tidak dapat dibendung, masyarakat cendrung berubah   tanaman dari lahan sawah menjaddi lahan perkebunan sawit, tiap tahun masyarakat  petani berubah fungsi saat ini,”kata Bupati Rokan Hilir, H Suyatno.

Menurutnya, diperkirakan  saat ini sudah mencapai 27 Hektar lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan perkebunan sawit, menyikapi hal tersebut kepada Dinas Pertanian kususnya tenaga PPL  dilapangan terus bekerja keras memberdayakan masyarakat dan memberi penjelasan serta pengertian sehingga masyarakat pertanian, tidak melakukan alih fungsi lahan.

Karena kalau itu terus berlangsung maka dikhawatirkan swasembada Pangan sangat sulit tercapai di Kabupaten Rokan Hilir ini. Yang ada adalah swasembada sawit, bukan swasembada pangan,  sehingga perlu diambil langkah-langkah  yang  konkrit untuk mengatasinya.

Lebih lanjut Suyatno menjelaskan akibat alih fungsi lahan ini, banyak Kecamatan yang dulunya  dikenal sebagai  sentral penghasil padi dan beras  kini berubah  daerah penghasil sawit, hal ini terlihat seperti di Kecamatan Bangko, Sinaboi, Palika, Kubu dan Rimba Melintang.

Diakui bupati, Suyatno, memancang program swasembada pertanian, hasilnya memang tidak bisa langsung dirasakan. Butuh waktu hingga tiga tahun ke depan untuk mencapai kerja besar ini.

Selain itu, pemerintah daerah bersama DPRD berupaya memajukan sektor pertanian, jagung dan kedelai dalam tiga tahun kedepan.

Terpenting, menurut bupati, kabupaten Rohil harus menjadi yang terbaik dalam bidang pertanian dan palawija

“Untuk Riau, Kabupaten Rohil masih yang terbaik kedelainya. Dan, daerah Darusalam daerahnya sangat potensi untuk tanaman kedelai dan jagung, saya berharap bisa tetap dipertahankan. Targetnya, Indonesia harus menjadi daerah swasembada pangan 2017,”paparnya.

Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir sudah membulatkan tekad untuk terus menjadi lumbung pangan di Provinsi Riau dengan cara mengembangkan areal pertanian yang ada dan mencetak sawah baru.

Sebagai prinsip landasan hukum dari penerapan kebijakan tersebut, maka pemerintah sangat menekankan penerapan Undang-undang  Nomor 18 tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan.

Kebijakan ini juga merupakan implementasi dari kebijakan nasional untuk mempertahankan cadangan pangan di dunia yang saat ini juga mengalami penurunan dan kondisi cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah.

Dengan kondisi demikian tentu akan menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal, ditambah lagi keadaan iklim saat ini yang sudah tidak menentu yang menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsong dan kekeringan.

Kemudian, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) kembali memprogramkan pengembangan lahan areal tanaman padi seluas 109 hektare di Kepenghuluan Bagan Sinembah, Kecamatan Bagan Sinembah Raya. Peninjauan pengembangan areal padi tersebut, dilakukan, Kamis (8/10).

"Lokasinya cukup jauh. Tujuan kita melihat lahan sekaligus pemetaan penempatan dan aliran saluran sekunder yang diperlukan guna pengembangan padi yang mendukung program swasembada pangan nasional," kata Kadistanakan Rohil Ir Muslim, dikonfirmasi, Jum’at (9/10).

Menurutnya, lahan akan dikelola di bawah naungan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sinembah Jaya Abadi. Di lokasi itu, ditetapkan beberapa titik untuk pembuatan parit sekunder, sedangkan pintu air di dekat jembatan atau di depan satu Balai Pertemuan petani yang ada.

"Dari sumber, air nantinya dialirkan ke parit sekunder, tujuannya bagaimana air bisa sampai ke lahan pertanian dengan dibantu mesin dan pompa,"jelasnya.

Lahan tersebut merupakan satu-satunya areal pertanian padi di Kecamatan Bagan Sinembah Raya atau Bagan Sinembah. Sistem pengairan dikenal dengan jaringan Tersier Ferro Cement.

Selain itu, dengan adanya pintu air, maka kapasitas air yang diperlukan nantinya bisa dikendalikan sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak mengalami kebanjiran maupun kekeringan.

Ketua Gapoktan Sinembah Jaya Abadi, Yazid, mengatakan sebelumnya, beberapa tahun lalu luasan areal tanam padi mencapai 200 ha lebih tapi karena keterbatasan dukungan sarana ada beberapa petani yang mengalihkan tanaman ke jenis lain. "Makanya kemarin kami pengajuan pembangunan pintu air di dinas BMP tapi belum terealisasi," kata Yazid.

Ia menambahkan, parit berukuran lebar 12 meter tersebut memiliki alur yang panjang bahkan terhubung ke beberapa wilayah kepenghuluan. Dirinya mengaku optimis jika benar-benar dikelola dan ditangani dengan baik, dan didukung seluruh pihak, maka daerah tersebut mampu menjadi penghasil padi terbesar di Rohil.

"Ini bukan mustahil karena pada 2009 kami pernah menjadi juara III sebagai penghasil padi di Rohil," paparnya.(adv/hms/ri)