Produk Albumin Ikan Gabus Asal Siak Sebagai Hilirisasi Siak Hijau Raih Penghargaan Internasional

Produk Albumin Ikan Gabus Asal Siak Sebagai Hilirisasi Siak Hijau Raih Penghargaan Internasional

SIAK, RIAUBERNAS.COM - Produk Albumin Ikan Gabus yang dikembangkan oleh Perusahaan Asal Kabupaten Siak yaitu PT Alam Siak Lestari (ASL) menerima penghargaan Internasional berupa Internasional MIT Solver Team kategori Resilient Ecosystems (Ekosistem Tangguh).

Penghargaan ini diserahkan di Boston Amerika Serikat kepada Direktur PT ASL Musrahmad atau lebih dikenal Mas Gun. Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Siak Hendro Wardhana kepada Riau Bernas, Senin (27/6/2022).

Menurutnya, produk Albumin Ikan Gabus ini merupakan produk yang ramah lingkungan sebagai Hilirisasi Siak hijau atau Siak Tumbuh dengan ekonomi bangkit tanpa merusak lingkungan.

"Produk Albumin Ikan Gabus terus dikembangkan oleh PT Alam Siak Lestari, Albumin ikan gabus dapat digunakan untuk produk kecantikan, kesehatan dan pangan. Dengan produk itu dapat nilai tambah buat masyarakat, apalagi masa pendemi Covid," jelasnya. 

Direktur PT ASL Musrahmad atau lebih dikenal Mas Gun mengatakan, membina anak Siak melalui perusahaan yang dikelolanya. Setelah berjuang dan mengikuti finalis pada MIT Solve Challenge 2021 (MIT SOLVE) yang diselenggarakan oleh universitas asal Amerika Serikat, Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk tema Resilient Ecosystems. 

Perusahaan rintisan yang diprakarsai oleh anak muda setempat ini melaju sebagai salah satu dari 88 finalis dari 1.800 pendaftar di 128 negara dan satu-satunya perwakilan Indonesia pada MIT SOLVE tahun ini. MIT SOLVE adalah kompetisi Internasional tahunan untuk mencari organisasi/perusahaan berbasis teknologi terbaik di dunia untuk memberikan solusi terhadap tantangan global. Sejak tahun 2015, MIT SOLVE telah berhasil menghubungkan hingga 50 juta dollar AS dari jaringan mitranya untuk mendukung para inovator dan wirausaha dengan berbagai bentuk. 

Tahun ini, ASL menjadi finalis dalam kategori Resilient Ecosystems (Ekosistem yang Tangguh) dengan solusi berjudul “HEAL (Healthy Ecosystem and Alternative Livelihood) Fisheries”. HEAL Fisheries merupakan inovasi pertama ASL untuk menjaga lahan gambut dengan industri bernilai tambah untuk komoditas ramah gambut. 

Kebakaran lahan gambut di Siak menjadi salah satu yang berkontribusi pada kabut asap pada tahun 2015. Untuk mengatasinya pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang lebih ketat bagi perlindungan gambut. 

Namun di sisi lain, masyarakat yang tinggal di sekitar lahan gambut masih mencari alternatif pendapatan yang ramah gambut. "Dari situ tercetuslah model bisnis yang dapat membantu masyarakat sekaligus menjaga lingkungan,” jelas Musrahmad atau akrab disapa “Gun”, kepada Riau Bernas, Senin (27/6/2022).

Tahun 2020, ASL mengembangkan teknologi untuk pengembangbiakan dan produksi ikan gabus di kawasan gambut dengan produk akhir yaitu albumin. Albumin yang merupakan protein dalam ikan memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan mulai dari percepatan regenerasi sel hingga penyembuhan luka. Dengan estimasi pasar global albumin senilai USD 6,7 juga di tahun 2026, ekstrak albumin dari ikan gabus merupakan model bisnis strategi berkelanjutan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal. Ekstraksi albumin ikan gabus ini dijual ke berbagai macam industri seperti kesehatan, pangan, hingga kecantikan. 

Pada sisi pengembangbiakan, ASL berfokus pada budidaya ikan gabus di konservasi gambut dan area sekat kanal – yang awalnya hanya dirancang untuk mencegah kebakaran gambut. Dengan menjaga kualitas ikan gabus sebagai bahan baku produksi, kualitas ekosistem gambut juga tetap terjaga.

Sedangkan pada sisi produksi, ASL terinspirasi dari tradisi masyarakat Siak yang mengukus ikan gabus sebagai obat penyembuh luka seperti persalinan maupun sunat. ASL menggunakan teknologi distilasi uap suhu rendah untuk mengekstrak albumin dari ikan gabus ke dalam bentuk cair. Mereka juga menggunakan “Ikejime” yakni metode dari Jepang untuk membunuh ikan yang lebih “manusiawi”, menghasilkan ikan yang lebih enak, serta dapat mengekstrak albumin secara optimal. Dengan peralatan dehidrasi sederhana, ekstrak albumin cair dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk bubuk untuk diproses ke pembeli dari berbagai industri. 

Untuk pengembangan bisnisnya, Gun berharap, “Dengan dukungan dari berbagai pihak mulai dari pemerintah kabupaten, masyarakat, swasta, hingga internasional seperti MIT Solve ini kami dapat mengembangkan usaha kami. Kami  berharap dapat mengembangkan lebih banyak lagi sentra inovasi lokal seperti ASL ini di Siak, sehingga dapat berdampak pada lebih banyak desa, sehingga pada akhirnya dapat berkontribusi dalam perlindungan gambut.” tutupnya. (Infotorial/Van)