SIAK, RIAUBERNAS.COM - Anak Kampung Dalam (AKAMDA) Dusun Harapan Baru Pinang Sebatang membuat tradisi unik yaitu Lampu colok. Bagi warga Perawang, mereka mengenal lampu colok sebagai bentuk tradisi. Tradisi meriah yang harus dijaga sampai kapanpun.
Tradisi dengan memanfaatkan susunan lampu semprong minyak tanah atau solar yang beragam bentuk. Mulai dari Asma Allah hingga bentuk Masjid yang indah. Lampu colok sendiri merupakan susunan ratusan hingga ribuan lampu semprong atau lampu minyak yang terbuat dari kaleng dan botol bekas.
Lampu itu disusun pada menara yang terbuat dari kayu. Tinggi dan lebarnya mencapai puluhan meter. Lampu colok biasanya mulai ditampilkan pada malam 27 Ramadhan hingga malam takbiran Idul Fitri.
Are Novery Dusun Harapan Baru Kampung Pinang Sebatang mengatakan, bahwa pembuatan lampu colok sudah dikerjakan sebelum bulan ramadhan tiba. "Sejak sebelum Ramadhan kita semua bergotong royong mendirikan menara untuk lampu colok ini dengan sukarela dan bergotong royong," kata Are Novery kepada Riau Bernas, Rabu (14/4/2021).
Tahun ini, katanya, mereka mendirikan menara setinggi kurang lebih 10 meter dengan lebar 5 meter. Selain itu, lebih dari 500 lampu semprong turut dibuat untuk mengisi menara tersebut dengan pola yang telah ditentukan. "Ini gambar kubah masjid dan lafaz Allah. Disetiap kiri dan kanan jalan kita letak juga lampu colok," ujarnya.
Membuat menara lampu colok dengan pola seperti kubah masjid dan lafaz Allah yang tengah dilakukan mereka bukan sebuah pekerjaan mudah. Selain itu dana yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Dia mengaku, untuk mendirikan menara serta operasional lampu colok selama 4 hari menghabiskan anggaran hingga Rp 5 juta.
"Kalau ditotal anggaran itu sekitar Rp 5 juta. Itu termasuk biaya minyak solar yang menghabiskan lebih dari dua jeregen untuk menyalakan lampu," jelasnya.
Are mengaku tidak ada paksaan dalam mendirikan lampu colok tersebut. Menurut dia, membuat lampu colok merupakan bentuk dari semangat pemuda setempat dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Selain itu, dia dan rekan-rekannya sepakat harus ada yang rela berkorban baik waktu dan materi untuk menjaga tradisi. "Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga tradisi ini. Ini tradisi yang harus dijaga sampai kapanpun," tambah dia.
Selain itu, dia mengatakan, membuat lampu colok juga untuk menghibur para perantau yang tidak pulang kampung, dan merayakan Idul Fitri disini. "Kita juga ingin kampung ini dikenal yang akan menjadi kebanggaan kami semua," ujarnya.
Itulah salah satu tradisi di Kabupaten Siak. Masyarakat setempat biasa menyebut lampu colok. Dahulu lampu colok banyak ditemukan diberbagai sudut kampung. Namun belakangan tradisi ini seolah semakin meredup. Besarnya anggaran yang dibutuhkan menjadi salah satu alasan meredupnya tradisi tersebut. Pemerintah seharusnya dapat lebih berperan dalam menjaga tradisi unik ini sehingga tidak tenggelam ditelan zaman.
Saat ditanyai hal positif yang dilakukan Pemuda Dusun Harapan Baru, Penghulu Kampung Pinang Sebatang, Bambang Saputra, SH.MH, mengaku sangat mensupport hal-hal tersebut. Penghulu meminta agar Pemuda bisa lebih aktif.
"Bukan hanya sekedar dikegiatan ini saja, namun buatlah kegiatan yang bisa membangun desa kita, seperti kegiatan yang akan menjadi lapangan kerja mandiri," tandasnya. (Hut)