Lakukan Pemecatan Sepihak, Warga Merempan Hilir Geruduk Pengerjaan GI 150 KVa

SIAK, RIAUBERNAS.COM - Warga Merempan Hilir menggeruduk pengerjaan Gardu Induk (GI) 150 Kva, karena tidak memprioritaskan masyarakat tempatan untuk bekerja, di RT 02/RK 01 Kampung Merempan Hilir Kecamatan Mempura, Kamis (30/1/2020).

Belasan warga yang didalamnya terdapat RK itu, menyesalkan tindakan pihak Subkon perusahaan dari PT. TWINK yaitu PT. Mitra Purnama Engineering (MPE), yang memecat 10 orang tenaga kerja tempatan tanpa ada persoalan.

Hal itu disampaikan Darus kepada Riau Bernas.com di lokasi tempat di bangunnya Gardu Induk 150 Kva itu.
Darus yang merupakan Helper, bekerja pada MPE mengaku bingung paska diputuskan kerja secara sepihak tanpa mengetahui persoalannya.

"Saya bingung bang, usai terima gaji saya langsung disuruh tidak bekerja lagi, padahal saya tidak punya salah apa-apa, ketika ditanya mereka tidak mau menjawab," jelas Darus kepada Riau Bernas di lokasi pembangunan GI itu.

Pekerja lain, Adi, mengaku bekerja sebagai Helper yang digaji perhari kerja sebesar Rp 90.000, kalau hitungan lembur itu hanya dibayar Rp 10.000.

"Gaji kami perhari 90 ribu bang, kalau lembur hitungan 10 ribu per jam. Itu yang dikesalkan perihal lembur ini, tambah lagi kami dipecat secara sepihak. Kami cuma ingin kerja bang," jelas Adi dengan nada sedih.

Sementara itu, RW 01 Kampung Merempan Hilir Kecamatan Mempura, Ibrahim, menyesalkan tindakan yang diambil pihak perusahaan yaitu PT. TWINK melalui Subkon PT. MPE, karena tidak memperhatikan masyarakat tempatan.

"Jangankan untuk bekerja bang, saya saja sebagai RW disini, tidak ada pihak perusahaan melaporkan kepada dirinya, kalau misal ada persoalan nanti macam mana," kesal Ibrahim

.Ibrahim menginginkan agar pihak perusahaan khususnya PT. MPE, lebih memperhatikan masyarakat lokal. "Jangan memperkerjakan tenaga kerja dari luar, apalagi bidang Helper, kami inginkan pekerja lokal sini yang bekerja," tegasnya.

Menanggapi persoalan itu, Shift Manager PT. Mitra Purnama Enginering (MPE), Yohanes menjelaskan,  bahwa persoalan ini terjadi di internal mandor. "Awalnya, setengahnya itu orang lokal lah, setengah lagi bawaan dari mandor, cuma ada persoalan dari internal mandor, jadi diganti gitulah," jelasnya.

Terkait orang lokal, Yohanes menjelaskan, bahwa orang lokal itu bekerja masih standar. "Kita butuh yang diatas rata-rata, diatas standar gitulah, untuk mencapai target projek," sebut Yohanes.

Perihal projek secara spesifik seperti ini, Yohanes mengatakan, "Kita butuh pekerja pengalaman di bidangnya, kita mendatangkan mandor yang sering kerja di bidang itu, tapi di beck up oleh orang tempatan," kilahnya. (Van)

Baca Juga