PELALAWAN - Sejak derita mendera, ayah minggat dari rumah, mengurus ibu yang sakit parah dan merawat satu adiknya yang masih berusia 1 tahun 8 bulan dan satu lagi masih bayi, praktis semua perhatian dan pikirannya terfokus kepada orang tersayang yang membutuhkan kehadirannya.
Sejak saat itu, pikiran yang begitu berat dirasakan oleh gadis cilik 14 tahun ini. Tak ada lagi waktu untuk belajar disekolah apalagi bermain dan bercanda gurau dengan teman sebaya. Pikirannya saat itu seperti orang tua tunggal beranak tiga.
Hidup terasa bak bencana, takkala ibunda tercinta lebih dulu di panggil sang maha kuasa pada 3 Januari 2019 lalu. Sebagai tertua dari tiga bersaudara tanggung jawab besar untuk merawat adik adik terkasih dipikulnya sendiri.
Kesendirian tiga bersaudara ini akhirnya ditemukan oleh relawan kemanusian Sedekah Rombongan yang selama ini memang rutin memberikan bantuan kepada keluarga Andini. Para relawan yang sempat mengabadikan photo sang kakak tengah memberikan susu kepada si bungsu dalam gendongan dan disisi kirinya duduk adik kedua yang tampak menangis mengharapkan perhatian dari sang tertua.
Gambar dengan latar belakang rumah papan kayu itu kemudian dengan cepat viral di banyak media. Akhirnya tiga beradiknya mendapatkan perhatian dari banyak pihak dan banyak kalangan.
Banyak yang datang kerumah nya di Dusun Telayap Desa Pangkalan Tampoi Kecamatan Kerumutan Riau, untuk menunjukkan simpati, empati dan memberikan bantuan. Jalan tanah puluhan kilometer dari jalan lintas tinur tak menyurutkan semangat masyarakat untuk menunjukkan kepada Andini bersaudara bahwa mereka tak sendiri.
"Sejak berita nya viral banyak orang yang sudah datang kesini. Dari pagi sampai malam selalu ramai orang yang datang," terang relawan SR Beni Ryanto kepada Riaubernas
Walau setelahnya, di kelilingi oleh orang orang yang menunjukkan kepedulian padanya, tak lantas membuat hatinya langsung merasa terhibur. Wajah datar dan gurat kesedihan tak mampu disembunyikannya. Kadang pelukan pelukan sayang dari orang orang yang datang hanya mampu di balasnya dengan sunggingan bibir yang terpaksakan.
"Tidak mudah menghadapi cobaan sebesar ini, apalagi bagi anak 14 tahun. Butuh waktu untuk mengembalikan psikologisnya. Alhamdulillah dia (Andini) masih terlihat tegar," kata pegiat sosial Dedi Azwandi, minggu (13/1/2019)
Namun sejak adik kedua diopname di RSUD Selasih Pangkalan Kerinci sejak minggu malam (13/1) lalu, Andini dan adik bungsu Siradattul Jannah pun ikut menemani Purwanti (1.8 thn) yang di diagnosa menderita infeksi paru.
Perlahan, Andini mulai bisa diajak berkomunikasi walau dengan jawaban satu dua kata. Yang menggembirakan di hari kedua di rumah sakit milik negeri seiya sekata ini Andini mulai bisa tersenyum lepas kadang di selingi tawa satu dua.
"Alhamdulillah, dia sudah tersenyum sekarang. Sudah ketawa bersama sama tadi. Juga bisa di ajak cerita. Tapi jangan yang serius," pinta Dedi
Dalam obrolan dengan Riaubernas.com, Andini mangatakan bahwa dirinya masih memiliki keinginan untuk sekolah lagi. Dalam hati nya masih terpendam cita cita untuk menjadi cikgu.
"Ya. Mau sekolah. Mau jadi guru nanti," tandas Andini
Ketika ditanya kembali, apakah dirinya menerima tawaran dari PLN yang memberikan bea siswa sampai S1, dijawabnya sambil tersenyum "Ya. Sekolah sampai S1," pungkasnya (@p)