Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, mengakui saat ini adalah sejarah terburuk bagi kepolisian Indonesia. Karena dalam tiga bulan terjadi kekosongan kepemimpinan, karena adanya polemik pengangkatan calon Kapolri yang berlarut-larut.
"Ini juga terjadi karena ketidaktegasan Presiden Jokowi. Karena penunjukan Kapolri adalah hak prerogatif presiden," kata Neta dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (7/4).
Namun, Neta berpendapat jika untuk menyelamatkan institusi Polri, maka harus terjadi kompromi antara pemerintah, parlemen dan Polri untuk menunjuk Komjen Pol Badrodin Haiti sebagai Kapolri.
Menurutnya, saat ini seluruh Jenderal Polisi pun sudah berbesar hati untuk memberikan kepemimpinan kepada Badrodin Haiti, karena Polri sangat membutuhkan pemimpin definitif saat ini juga.
"Sudah hampir definitif Haiti akan jadi kapolri. Maka keputusan Presiden Jokowi mencalonkan Haiti merupakan keputusan yang bijak untuk menyelamatkan institusi Polri. Kita dukung. Biarkan dia menjadi Kapolri. Apabila nanti tidak becus, ramai-ramai kita jatuhkan," ujarnya.
"Hal ini adalah satu solusi, supaya konflik di internal mereda. Haiti adalah satu-satunya jenderal yang empat kali jadi Kapolda. Jadi jika pilihannya ke Haiti, maka ini bisa menjadi pengalaman baik," pungkasnya.