PELALAWAN, RIAUBERNAS.COM - Salah seorang masyarakat Pangkalan Kerinci masih menyimpan kekesalan terhadap Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Tuah Sekata yang mematikan listrik kurang-lebih 30 jam, dikarenakan sistem pembangkit listrik di Riau Power Energi (RPE) mengalami gangguan. Kekesalan masyarakat pelanggan BUMD ini dikarenakan usahanya jadi merugi akibat aliran listrik BUMD yang padam lebih dari 24 jam.
"Saya tak habis pikir, kok bisa begitu lama matinya. Kita kan punya Langgam Power, yang katanya kebanggaan Pemkab Pelalawan, kenapa tidak bisa secepatnya diatasi. Dan yang tak habis pikir lagi, kok kenapa BUMD malah jumper listrik-nya ke PLN bukannya ke Langgam Power. Jadi buat apa Pemda membangun Langgam Power," kata pemilik Warnet di Jalan Lintas Timur pada media ini, Sabtu (17/3/2018).
Pemilik warnet yang namanya minta dirahasiakan ini tak habis mengerti dengan keberadaan Langgam Power yang merupakan usaha milik Pemkab Pelalawan itu. Buat apa Langgam Power didirikan megah jika tak ada manfaatnya bagi masyarakat Kabupaten Pelalawan. Semestinya, jika BUMD terjadi pemadaman maka Langgam Power bisa secepatnya mengantisipasi.
"Tapi inikan gak, malah yang saya baca dari media, BUMD jumper ke PLN. Lah, kalau gitu buat apa ada Langgam Power," ketusnya.
Padahal sebagai perusahaan plat merah yang notabene mempunyai saham di Langgam Power, seharusnya BUMD Tuah Sekata diprioritaskan karena untuk kepentingan masyarakat luas. Dia mengharapkan agar Pemkab Pelalawan memperhatikan hal ini. Jangan sampai terjadi lagi pemadaman seperti kemarin yang sampai berjam-jam itu.
"Kalau pejabat mungkin enak bisa beli bensin untuk genset, kalau kami yang punya usaha kecil atau masyarakat, apa gak gondok dengan kejadian kemarin," katanya.
Terpisah, Direktur BUMD Tuah Sekata, Sanusi, dikonfirmasi soal ini mengakui bahwa selama ini BUMD Tuah Sekata tak memiliki back-up jika terjadi permasalahan seperti kemarin di RPE. Karena perbaikan di RPE lama maka akhirnya pihaknya memutuskan untuk Jumper ke PLN, demi kenyamanan masyarakat.
"Iya, kami tak memiliki backup jika terjadi masalah pada pembangkit di RPE. Jadi kalau kayak kemarin ada terjadi masalah di RPE, ya udah, kita tak bisa ngapa-ngapain, terpaksa menunggu," ujarnya.
Ditanya soal alasan jumper sebesar 3,5 MW ke PLN bukannya ke Langgam Power, Sanusi menjelaskan bahwa jika ke Langgam Power, BUMD belum memiliki jaringan sejauh itu. Hal ini pula yang membuat aliran listrik BUMD hanya bergantung pada RPE saja. Pihaknya sudah dua kali mengajukan untuk pembangunan jaringan ke Langgam Power, agar jika terjadi sesuatu pada BUMD bisa diback-up oleh Langgam Power.
"Kayak kejadian kemarin, kalau kita sudah punya jaringan sendiri dari Langgam Power, misalnya, takkan terjadi sampai mati berjam-jam. Begitu ada masalah di RPE sampai listrik padam, misalnya, maka Langgam Power bisa mengantisipasi," katanya.
Sanusi mengakui perlu jaringan sepanjang 9,7 Km dengan dana sekitar 9 Milyar untuk membangun jaringan ke Langgam Power. Dia sudah mengajukan soal perlunya jaringan ini, baik ke Dewan maupun ke Pemkab, namun ditolak karena kondisi rasionalisasi anggaran. Karena itu, diperlukan investor agar pembangunan jaringan guna memback-up pasokan listrik di BUMD, jika terjadi sesuatu di RPE.
"Alhamdulillah, sudah ada investornya. Target saya tahun 2019 nanti, sudah bisa terpasang jaringan ke Langgam Power untuk memback-up, jika terjadi sesuatu di RPE seperti kemarin," tukasnya. (tha/sam)
Editor : Andy Indrayanto